LAPORAN
STUDI KASUS
Untuk: Memenuhi Tugas Studi Kasus
Disusun Oleh:
Nama: AGUNG TRIO SEDAYU
NPM: 101.21.177
Prodi/Kelas: BK / 5E
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
IKIP
PGRI MADIUN
2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan karunia-Nya, sehingga
pada saat in saya telah menyusun laporan studi kasus ini.
Penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun laporan studi kasus ini yaitu kepada :
1. Kedua orang tua saya yang telah memberikan motivasi dan do’a
dalam menyelesaikan tugas ini.
2. Ibu Noviyanti Kartika
Dewi, S.Pd. Selaku dosen pembimbing dalam menyusun
laporan studi kasus.
3. Kepada klien dan keluarga klien yang telah bersedia menjadi naran
sumber.
4. Kepada seluruh teman-temanku yang telah mendukung dalam membuat
laporan studi kasus .
Laporan studi kasus ini sangatlah berguna bagi konselor untuk
membantu memahami ridan menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa. Dan metode
studi kasus ini akan mempermudah konselor menemukan permasalahan klien.
Saya menyadari laporan studi kasus jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saya mengharap saran dan kritiknya yang bersifat membangun. Penulis
mengharap laporan studi kasus ini dapat bergguna bagi siapa saja yang membaca
khususnya semua pihak mahasiswa-mahasiswi IKIP PGRI Madiun.
Madiun,
Januari 2013
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
…………………………………………………
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB.I. PENDAHULUAN
A. Hakikat Studi Kasus
B. Latar belakang pelaksanaan studi kasus
C. Tujuan studi kasus
D. Asas konfidensialitas
BAB.II. IDENTIFIKASI KASUS
A. Proses menemukan konseli
B. Identitas konseli
C. Identifikasi permasalahan konseli berdasarkan instrument
D. Analisa dan diagnose masalah konseli
E. Prognosis
BAB.III. PROSEDUR PEMBERIAN BANTUAN
A. Upaya bantuan yang diberikan kepada konseli
BAB.IV. EVALUASI
A. Evaluasi proses
B. Evaluasi hasil
C. Tindak lanjut/ follow up
BAB.V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Hakekat Studi Kasus
Konsep dasar hakekat studi kasus adalah suatu studi atau analisa
komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik. Teknik ini bisa digunakan
menemukan gejala atau ciri- ciri/karakteristik berbagai jenis masalah atau
tingkah laku menyimpang pada siswa.
Berikut definisi studi kasus menurut dari beberapa pakar dalam
psikologi dan bimbingan dan konseling antara lain: Studi kasus adalah suatu
teknik yang mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantu
memperoleh penyelesaian diri yang lebih baik. (I.Djumhur,1985). Studi kasus
adalah suatu metode untuk mempelajari
keadaan dan perkembangan seorang murid secara mendalam dengan tujuan
membantu murid mencapai penyesuain yang lebih baik. (Ws.Winkel,1995). Studi
kasus adalah pengumpulan data yang bersifatintegratif dan
komprehensif.integratif artinya mengubah berbagai pendekatan,kompreh ensif
artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara
lengkap.(Dewa ketut sukardi,1983). Studi kasus adalah suatu penyelidikan
sistematis atau kejadian khusus. ( Nisbet dan watt,1994). Studi kasus adalah
suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari sesuatu kejadian mengenai
perseorangan atau riwayat hidup. (Bimo walgito,2004). Studi kasus adalah
pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subyek atautempat
penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.( Bogdan dan
biken,1982).Pengertian studi kasus psikologi Kartono dan Gulo (2000) meny
ebutkan dua pengertian tentang studi kasus (case study) yaitu : Pertama studi
kasus adalah suatu penelitian / penyelidikan intensif ,yang mencakup semua
informasi relevan terhadap seorang atau beberapa orang biasanya berkenaan
dengan satu gejala psikologi tunggal. Kedua
studi kasus merupakan informasi – informasi historis atau biografis
tentang seorang individu ,sering kali mencakup pengalamannya dalam terapi.
Studi kasus merupakan proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencari
pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri
secara maksimum kepada sekolah, keluarga
serta masyarakat. ( Miller dalam Surya, 1975). Studi kasus merupakan suatu
proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai
kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan sehingga memberikan manfaat bagi
dirinya dan masyarakat.(Stoops,1975). Studi kasus merupakan metode untuk
mempelajari keadaan dan perkembangan seorang siswa secara lengkap dan mendalam,
dengan tujuan untuk memahami individualitas siswa dengan baik dan membantunya
dalam perkembangan selanjutnya.(Kasie dan Hermien).Stuidi kasus merupakan
sebuah proses bantuan yang diberikan kepada anak didik yang dilakukan secara
terus menerus supaya anak didik dapat memahami dirinya, sehingga dapat
mengerahkan dirinya dan bertingkah laku wajar sesuai dengan keadaan lingkungan
di sekolah sendiri, keluarga serta masyarakat. (Sukardi,1993).
Jadi dapat disimpulkan studi kasus adalah suatu penelitian yang
dilakukan oleh konselor untuk membantu individu dalam menemukan permasalahan
dan hambatan hidup yang dialaminya, dilingkungan sekolah, dirumah, dan
dimasyarakat. Konselor harus bisa menemukan permasalahan yang dihadapi siswa
mengenai gejala-gejala atau karakteristik siswa ataupun tingkah laku yang
menyimpang baik individu ataupun kelompok. Sehingga akan mempermudah konselor
bisa menemukan teknik-teknik yang tepat dalam memecahkan masalah klien
tersebut. Akhirnya konselor akan mempermudah untuk membantu perkembangan
penyesuaian diri&nb sp;secara maksimal.
Disisi lain berdasarkan uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa studi kasus adalah usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan
siswa yang mempunyai masalah. Dengan kata lain merupakan bentuk layanan yang
bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki keadaan pribadi dan tingkah lakunya
serta perkembangan seorang siswa dengan menggunkan teknik pengumpulan data yang
bersifat integrasi dan komprehensif.
B. Latar Belakang
Pelaksanaan Studi Kasus
Di era globalisasi saat ini banyak siswa yang mempunyai
masalah-masalah terhadap tingkah laku, karakter, maupun mentalnya terganggu.
Maka klien yang seperti ini harus ditangani konselor dengan cepat untuk
membantu klien memahami masalah yang dihadapinya. Disisi lain konseli ini
memiliki permasalahan terhadap kesulitan belajar bahasa inggris. Sehingga
konseli tersebut harus bisa merubah tingkah lakunya. Agar proses belajarnya
berjalan secara optimal.
Dalam lembaga pendidikan formal tentu mengacu pada adanya tujuan dari pendidikan nasional
yaitu untuk mengembangkan peserta didikanya secara optimal, adil merata untuk
semua anak bangsa. dan mengubah perilaku peserta didik dari hal-hal yang
negatif menjadi positif, setiap pihak atau personil disebuah sekolah hampir
semuanya mengharapkan para peserta didiknya mampu belajar dengan baik dan hasil
dari belajar itulah yang mampu mengharumkan nama bangsa melalui berbagai
prestasi yang akan ditorehkan oleh anak – anak didik kita di sekolah.
Seorang guru pembimbing atau konselor mempunyai tugas yaitu membantu
siswa untuk mengatasi masalahnya . Dan konselor menyadarkan klien untuk
memahami dirinya dan masalahnya, sehingga klien tersebut bisa menyelesaikan
masalahnya dengan sendirinya sesuai apa yang diharapkan klien tersebut. Agar
klien tersebut bisa berkembang secara optimal.
Setiap siswa mempunyai masalah yang sangat variatif. Permasalahan
yang dihadapi siswa dapat bersifat pribadi, sosial , belajar dan karier.
Sebelum diadakan proses konseling konselor harus bisa memahami semua
alternatif-alternatif dalam pemecahan masalah. Sehingga dalam membantu klien
akan mudah cepat menemukan permasalahan dan pemecahan masalah yang dihadapi
klien, baik masalah berat atau ringan.
Konselor
sekolah diharapkan untuk mengetahui keadaan dan kondisi siswa. Konseling baru
dapat diberikan dengan baik apabila data mengenai klien yang akan dikonseling
sudah diperoleh. Banyak metode dalam melakukan bimbingan dan konseling, dalam
melakukan proses konseling ini konselor menggunakan metode studi kasus.
Konselor dituntut menemukan masalah siswa dan memahami masalah siswa tersebut.
Dan konselor harus menerima dengan sepenuh hati tentang latar belakang siswa
yang berbeda-beda.
Studi kasus ini
diterapkan kepada siswa yang lambat belajar, anak-anak yang mengalami
penyimpangan tingkah laku, mengalami kesulitan belajar, dan lain sebagainya.
Kegiatan ini dilakukan sebagai usaha mencari cara yang sebaik-baiknya untuk
membantu siswa agar mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan perkembangan
siswa.
Dengan menggunakan studi kasus ini pembimbing bisa mendapatkan
tinjauan yang mendalam. Dalam perkembangannya teknik-tknik pendukung seperti
teknik pengumpul data, teknik identifikasi masalah, analisis, interpretasi dan
treatment metode studi kasus terus diperbarui. Maka studi kasus akan
mempermudah konselor sekolah untuk membantu siswa memahami dirinya sendiri
secara mendalam. Agar mudah mengetahui permasalahan dan hambatan yang dialami
siswa sampai akar permasalahan. Dan akhirnya konselor segera dapat menentukan
penanganan dan pemecahan masalah siswa dengan mudah.
C. Tujuan Studi Kasus
Tujuannya dari studi kasus adalah konselor dapat memahami dan
mengenal diri pribadi klien yang dianggap mempunyai masalah secara luas dan
mendalam. Konselor menjajaki semua permasalahan yang dihadapi klien, agar
konselor dapat memahami dan menetapkan faktor-faktor penyebab permasalahan yang
dihadapi klien. Sehingga klien tersebut bisa memahami permasalahan yang
dihadapi. Dan konselor segera bertindak menangani permasalahan klien, dan
menentukan jenis layanan yang tepat dalam memecahkan masalah tersebut sesuai
dengan permasalahan/ hambatan yang dihadapi klien.
Agar mencapai harapan yang diinginkan klien , konselor harus memberi
bantuan secara mendalam kepada siswa
yang mengalami permasalahan untuk memperoleh jalan keluar dalam memecahkan
masalah tersebut. Dan konselor harus memiliki
wawasan dan pengetahuan dalam permasalahan klien, sehingga akan
mempermudah menemukan alternatif - alternatif yang tepat untuk memecahkan
masalah klien. Dan pembimbing / konselor
dituntut untuk dapat memahami dan menerima pada diri siswa akan muncul
berbagai karakter dan keunikan watak yang berbeda antara siswa yang satu dengan
siswa&nbs p;yang lainnya. Selain itu konselor harus memberi pemahaman
kepada klien untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik, baik penyesuaian
pada diri sendiri maupun pada penyesuaian lingkungan. Akhirnya klien dapat
menghadapi permasalahan dan hambatan yang menghalangi hidupnya, dan tercipta
keselarasan dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.
Berdasarkan masalah yang dihadapi siswa, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam layanan bimbingan siswa adalah secara umum konselor harus bisa
mengenali latar belakang pribadi konseli. Agar konselor bisa mengembangkan
kemampuan, merencanakan masa depan yang beracuan pada minat, bakat, dan
kemampuan yang dimiliki konseli. Dan konselor membantu siswa dalam
mengembangkan pengertian, pemahaman diri dan kemampuan konseli dalam memecahkan
masalah tanpa menimbulkan masalah baru. Supaya konseli memahami dan menetapkan
jenis, sifat dan faktor penyebab serta alternatif pemecahan dalam meng atasi
timbulnya masalah yang serupa. Sedangkan tujuan khusus yaitu membantu proses
sosialisasi kepada kebutuhan orang lain. Konselor membantu konseli untuk
mengembangkan motivasi dalam belajar sehingga tercapai peningkatan prestasi
belajar. Konselor juga membantu konseli untuk hidup seimbang dalam aspek fisik,
mental, dan sosial. Dan membantu konseli untuk mengembangkan pemahaman diri
sesuai dengan kecakapan, minat pribadi dan hasil belajar.
Tujuan pelaksanaan studi kasus adalah menjaga kerahasiaan konseli
terutama masalah-masalah yang dihadapinya. Segala sesuatu yang dikemukakan oleh
konseli akan dirahasiakan oleh konselor. Dan segala data atau informasi yang
menyangkut pribadi konseli akan dijamin kerahasiaannya dalam hal ini laporan
studi kasus ini hanya akan diberikan kepada yang berwenang saja atau pihak yang
berwenang dalam laporan studi kasus ini. Akhirnya konseli mempercayai konselor
bisa menjaga rahasia konseli dan dapat membantu menemukan masalah yang dihadapi
konseli.
D. Asas Konfidensialitas
Pada hakikatnya kegiatan asas konfidensialitas ini dilaksanakan
dalam usaha menguasai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dalam memberikan
layanan konseling secara individu serta pembuatan laporan studi kasus. Kegiatan
studi kasus relatif sama dengan kegiatan konseling yang sebenarnya, sehingga
dapat dikatakan bahwa dengan kegiatan ini merupakan awal bagi calon konselor
dan untuk selanjutnya dapat memberikan gambaran bagaimana konseling
sesungguhnya dilapangan.
Metode studi kasus ini diperlukan berbagai macam data, baik data
pribadi maupun data tentang lingkungan (lingkungan keluarga,sekolah, dan
masyarakat) sebagai faktor yang mempengaruhi keberadaan konseli.
Untuk
memahami masalah yang sedang dihadapi oleh konseli diperlukan suatu pengumpulan
data dari berbagai sumber dan aspek-aspek yang lengkap serta dapat dipercaya.
Hal ini penting untuk mendapatkan sebuah gambaran yang lengkap dan menyeluruh
sehingga pada akhirnya bantuan yang diberikan akan tepat sasaran dan bermanfaat
bagi konseli yang bermasalah tesebut. Adapun data-data yang diperlukan tersebut
adalah data tentang diri siswa yaitu data yang berhubungan dengan diri siswa
sendiri maupun lingkungan tempat tinggalnya.
Konseli harus terbuka kebada konselor untuk menceritakan
permasalahan yang dihadapinya. Agar permasalahan yang dihadapinya cepat
terselesaikan. Dan konselor harus menerima data dan informasi secara lengkap,
agar mudah memecahkan permasalahan yang dihadapi klien. Dan konselor dituntut bisa merahasiakan
permasalahan klien, agar klien tersebut mempercayai konselor. Meskipun data ini
merupakan sesuatu yang bersifat rahasia
bagi konseli, namun tentunya tidak akan menimbulkan dampak negatif dan
merugikan konseli. Sebaliknya konseli justru memperoleh sesuatu yang bersifat
positif dan men guntungkan bagi dirinya dalam memecahkan masalah- masalah yang
dihadapinya.
Untuk melaksanakan suatu program layanan bimbingan dan konseling,
maka setiap guru pembimbing / konselor harus memperhatikan dan menjelaskan
asas- asa yang ada dalam bimbingan konseling, itu merupakan kode etik yang
harus diketahui dan berpegang teguh pada asas itu dan asas yang dimaksud yaitu
asas kerahasiaan. Oleh sebab itu hasil dari laporan studi kasus ini yang
mengetahui semua data - data tentang siswa memang secara sengaja tidak
dicantumkan dengan jelas data siswa tersebut. Hal ini bermaksud untuk menjamin
kerahasiaan masalah yang dialami oleh&nbs p;siswa tersebut.
Berkaitan dengan data siswa yang terkumpul maka konselor bertanggung
jawab untuk menjaga kerahasiaanya. Data yang bersifat rahasia tidak perlu
diketahui oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan dengan layanan bimbingan
konseli. Sehubungan dengan sifat kerahasiaan yang harus dijaga, yang telah
disebutkan dalam kode etik konselor, maka nama dan identitas lain yang
berhubungan dengan konseli dibuat fiktif dengan tujuan agar klien tidak merasa
malu atau dirugikan akibat diketahui oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan.
Informasi dan data - data mengenai konseli dalam proses pemberian
bantuan juga dirahasiakan dan apabila dalam penyajian dari studi kasus ini
terdapat kesamaan dengan identitas atau masalah dengan orang lain hal itu hanya
secara kebetulan saja. Segala data atau informasi yang menyangkutpribadi
konseli akan dijamin kerahasiaannya dalam hal ini laporan studi kasus ini hanya
akan diberikan kepada yang berwenang saja atau pihak yang berwenang dalam
laporan studi kasus ini.
BAB
II
IDENTIFIKASI
KASUS
1) Proses Menemukan Konseli
Pada waktu saya melakukan
studi kasus, dimana teridentifikasi siswi yang bernama (E), ia siswi SMAN 1 PONOROGO. Saya
menemukan konseli tersebut waktu observasi dirumahnya. Dalam mengidentifikasi (E) saya menggunakan
berbagai teknik seperti wawancara, observasi, angket, dan DCM. Saya menggunakan
teknik itu agar mempermudahkan saya untuk menemukan gejala-gejala permasalahan
yang dihadapi konseli.
Pada
waktu saya melakukan kunjungan rumah dan observasi dirumah konseli, saya
mengamati konseli tersebut sedang mengalami permasalahan dengan ayahnya. Waktu
meminta uang saku tidak dikasih. Kemungkinan besar ayahnya tidak mempunyai
uang. Akhirnya saya ambil keputusan (E) saya jadikan sebagai nara sumber. (E)
bersedia bekerja sama dengan saya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Dan saya membantu mencari penyebab permasalahan (E) menggunakan metode studi
kasus. Dalam penyusunan studi kasus, identifikasi siswa yang berkasus merupakan
tahap awal yang harus dilalui didalam
proses penyusunan studi kasus. Dan Konselor mengamati konseli yang mengalami
permasalahan pada dirinya dengan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Saya
temukan ada beberapa masalah yang dihadapi konseli dengan ayahnya, dan
disekolah waktu diterangkan guru pelajaran bahasa inggris ia menganggap kesulitan dengan pelajaran itu.
Permasalahan
konseli seperti itu harus segera ditangani, jika tidak ditangani akan selalu
terhambat dalam belajar. Konselor segera memberi tahu permasalah konseli agar
konseli memahami masalahnya, dan konseli bisa menyelesaikan masalahnya dengan
sendiri. Konseli harus menyukai pelajaran bahasa inggris agar bisa memahami
arti-arti dalam bahasa inggris. Dan dengan cara mengikuti les yang diadakan
disekolah atau les diluar sekolah. Agar konseli tersebut mendapatkan wawasan
yang lebih banyak lagi. Jika dia menyukai bahasa itu maka dia tidak akan
kesulitan dalam belajar. D an ketika guru menerangkan dia akan segera menangkap
apa maksud dari yang diterangkan oleh guru tersebut. Sehingga proses belajar
konseli akan berkembang secara secara optimal.
2) Identitas Konseli
1.
Nama Lengkap : EZ
2.
Nama Panggilan : E
3.
Tempat Tanggal Lahir /Umur : Ponorogo, 19 April 1997 / 15
4.
Jenis Kelamin : Perempuan
5.
Agama : Islam
6.
Jumlah Dalam Keluarga : 2 (Dua)
7.
Anak ke : 1 (Satu)
8.
Status Keluarga : AK
9.
Hobi : Menyanyi
10.
Cita- cita : Dosen
11.
Suku : Jawa
12.
Bahasa : Indonesia
13.
Warga negara : Indonesia
14.
Alamat : Ds.Maguwan,Sambit,Ponorogo
15.
Telpon : 081914861249
16.
TK Masuk Tahun : 2002
17.
TK Lulus Tahun : 2003
18.
SD Masuk Tahun : 2003
19.
SD Lulus Tahun : 2009
20.
SMP Masuk Tahun : 2009
21.
SMP Lulus Tahun : 2012
22. SMA
Masuk Tahun : 2012
23. Sekarang Kelas : 1, SMA 1 PONOROGO
24.
Sekolah Asal : TK Dharma Wanita Sambit
25.
Alamat : Maguan, Sambit, Ponorogo
26.
Sekolah Asal : SDN 2 MAGUWAN SAMBIT
27.
Alamat : Maguwan,Sambit,Ponorogo
28.
Sekolah Asal : SMPN 1 SAMBIT
29.
Alamat : Sambit,Ponorogo
30. Keterangan tempat tinggal
a. Tinggal dengan : Keluarga (ayah dan adik)
b. Ke sekolah dengan : Motor
c. Jarak rumah ke sekolah : 8 km
31. Keterangan kesehatan
a. Penglihatan : Normal
b. Pendengaran : Normal
c. Penciuman : Normal
d. Potensi Jasmani : Normal
e. Penyakit yang pernah diderita : Penyakit
ringan (flu,batuk,cacar air, demam, pusing dan sariawan)
32. Ciri Fisik
a. Warna kulit : Sawo matang
b. Postur tubuh : ideal, kurus tinggi
c. Bentuk rambut : Ikal
d. Berat badan : 45 kg
e. Tinggi badan : 155 cm
f. Bentuk Muka : bulat
33. Keterangan lainnya
a. Penampilan
Ekspresi wajah : Ramah
Kerapian : Baik
Suara :Sedang
Sikap : Sopan
b. Presentasi kehadiran : Baik, tidak pernah membolos.
c. Tipe pergaulan : Baik, mudah bergaul
d. Kegiatan diluar sekolah : Membantu orang tua
e. Kehidupan Belajar dirumah
Fasilitas belajar dan pendukung
1. Buku Paket : Kurang Lengkap
2. Buku Catatan : Baik dan Lengkap
3. Ruang belajar : Kurang mendukung
4. Bimbingan
a. Dari ayah : Kurang
b. Dari ibu : Kurang
Identitas (Ayah)
1.
Nama Ayah : Ismanto
2.
Pendidikan Terakhir : SMA
3.
Agama : Islam
4.
Pekerjaan : Wirasuwasta
5.
Umur Ayah : 42
6.
Suku : Jawa
7.
Kewarganegaraan : Indonesia
8.
Penghasilan Ayah Per Bulan : ± Rp. 300.000,-
9.
Alamat : Maguwan,Sambit,Ponorogo
Identitas (Ibu)
1. Nama Ibu : Siti Khodtijah
2.
Pendidikan Terakhir : SD
3.
Agama : Islam
4.
Pekerjaan : TKW di Hongkong
5.
Umur Ibu : 37
6.
Suku : Jawa
7.
Kewarganegaraan : Indonesia
8.
Penghasilan Ibu Per Bulan : ± Rp. 2.000.000,-
9.
Alamat : Maguwan,Sambit,Ponorogo
Ø Latar Belakang
Keluarga
Berdasarkan wawancara dari (E), (E) adalah anak pertama
dari dua bersaudara. Ayahnya bekerja wirasuwasta. Ibunya sebagai TKW di Hongkong. (E)
dan keluarganya tinggal dilingkungan desa Maguwan Sambit Ponorogo. Rumahnya tergolong sederhana.
Di dalam lingkungan desa tersebut (E) tidak mengalami hambatan dalam
berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga hubungan
bertetangganya pun cukup baik dan akrab.
Disisi lain sikap (E) terhadap orang tua sangat patuh,
tidak pernah membantah orang tua. Dalam hubungan Keluarganya (E) kurang
mendapat perhatian. Tapi (E) sejak kecil mandiri dalam mengerjakan pekerjaan
rumahnya.Karena sejak kecil sering ditinggal pergi sama ibunya untuk mencari
uang diluar negeri untuk dipergunakan keperluan sekolah (E) dan adiknya. Dan
ayahnya sering bergadang di luar pulang- pulang jam 11 malam. Jadi si (E)
kurang berinteraksi dengan kedua orang tuanya.
Ø Lingkungan Hidup (
Social Ekonomi)
(E) adalah seorang anak yang dilahirkan dari latar belakang
ekonomi keluarga yang cukup. Keadaan dirumah (E) sederhana, (E) adalah anak
yang cukup beruntung. Meskipun pekerjaan orang tuanya seperti itu, tapi keadaan
rumah tangga orang tuanya harmonis. Dan hasil kerja keras kedua orang tuanya
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tercukupi semua. Karena ibunya kerja TKW
di hongkong bertahun-tahun sejak si (E) kecil. Tetapi
ibunya tersebut juga pulang cuti untuk memberi kasih sayang kepada kedua
anaknya, meskipun Cuma sebentar dirumah. Tapi anaknya merasakan ada nya kasih
sayang kedua orang tua.
Ø Riwayat Pertumbuhan
dan Perkembangan
Dari kehidupan si (E) dengan serba cukup. (E) dalam
pertumbuhan dan perkembangannya cepat berkembang, bahkan tidak kalah dengan teman-temannya. (E) juga dalam segi fisik sangat sehat,
dan wajahnya tampak selalu ceria. Dengan adanya perhatian oleh budhenya (E)
selalu mendapatkan makanan yang bergizi. Bahkan berat badan (E) cukup ideal
yaitu 42, tinggi badan 155. Rambut ikal, ciri-ciri jasmani kurus, tinggi.
Ø Riwayat Kesehatan
Meskipun (E) kurang mendapatkan perhatian dari orang
tuanya, (E) tidak pernah mempunyai hambatan-hambatan yang serius pada
kesehatannya. Dengan adanya bantuan makanan dan perhatian dari budhenya (E),
(E) tidak pernah menderita penyakit-penyakit yang berat. Meskipun sakit ia
sakit ringan, seperti flu, batuk, cacar air, demam, pusing dan sariawan.
Penyakit yang diderita (E) ini mudah untuk disembuhkan. Dibawa di puskesmas
saja diberi obat akan cepat sembuh.
Ø Testing dalam
berbagai bidang
Sampai saat ini (E) belum pernah tes akademik yang
berkaitan dengan bakat dan minatnya. Soalnya sekolah belum memberikan pemahaman
tentang tes tersebut. (E) disekolah mengikuti banyak ekstra kulikuler yaitu
seperti pramuka, pasus dan pala. (E) lebih suka mengadu fisiknya dalam
mengikuti ekstra pala, karena banyak wawasan dan pengalaman yang ia miliki.
Ø Riwayat Pendidikan
Sekolah
(E) lahir tanggal 19 April 1997, ia sekolah TK pada tahun
2002 di TK Dharma Wanita. Lalu (E) melanjutkan sekolah SD di SDN 2 Maguwan, dan melanjutkan sekolah SMP pada tahun 2009 di SMPN 1 Sambit, melanjutkan sekolah SMA pada tahun 2012 di SMAN 1 Ponorogo sampai sekarang. Ia sekarang berada di kelas 1 SMA. (E)
selalu rutin masuk sekolah,dan (E) mematuhi peraturan yang ada disekolah. Dia
dalam mengikuti pelajaran (E) cepat menangkap pelajaran yang diterangkan. (E)
lebih suka pelajaran yang rumus-rumus
seperti matematik dan fisika. Meskipun ia
disekolah banyak mengikuti ekstra
kulikuler, ia dalam mengikuti pelajaran tidak memiliki suatu hambatan.
Disekolah (E) selalu mendapatkan juara meskipun juara 10 besar. Jadi ia tidak
kalah dengan teman-teman lainnya.
Ø Pola Kesusilaan dan
Keyakinan Hidup
Ketika (E) dilahirkan , ia sudah diberi pelajaran agama
islam. Agama islam sangatlah dibutuhkan (E). Setiap hari (E) kemushola sholat
magrib dan mengaji. Meskipun (E) kurang mendapatkan perhatian dari kedua orang
tuanya, ia sangatlah mandiri tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktu. Meskipun
dalam keadaan sibuk dia selalu menyempatkan sholat. Sholat dipandang sangatlah
penting bagi ia, karena selesai sholat fikiran menjadi tenang . Dan ia selalu
memenuhi perintah yang diberikan oleh Allah SWT.
Ø Riwayat Pelanggaran
Hidup
Dengan adanya keluarga yang cukup sederhana, kurang adanya
perhatian, dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ia pernah mencuri uang
ayahnya, karena dimintai uang saku tidak dikasih. Akhirnya terpaksa dia
diam-diam mencuri uang ayahnya waktu ayahnya tidak ada. Perbuatan ini tidak
boleh ditiru. Dan perbuatan ini jangan diulangi lagi.
Ø Pergaulan dengan
teman-teman
Dari hasil observasi dan wawancara (E) adalah anak yang
mudah bergaul dengan teman-teman yang baru ia kenal. Juga mudah berinteraksi
dengan lingkungan barunya. (E) adalah anak yang pandai dalam mencapai ilmu.
Tetapi dengan adanya teman-temannya yang sekarang sekarang sudah mengetahui
internet, facebookan, HP, dll itu akan menjerumuskan (E). (E) mengikuti jejak
teman-temannya, dia sekarang jarang belajar, bermain terus. Jika internetan,
facebookan, dan Hp disalah gunakan maka akan merusak dirinya sendiri.
Akhirnya budhe dan ayahnya (E) memberi pengarahan agar ia
merubah sikapnya, dan harus mengurangi tingkah laku yang ia lakukan sekarang.
Karena ia masih masa-masa sekolah harus sungguh-sungguh belajar. Biar dia tidak
menyesal dikemudian harinya. Karena masa depan yang cerah bisa diambil lebih
awal jika belajar sungguh-sungguh.soalnya kedua orang tuanya mencari uang
dengan susah payah untuk keperluan dia sekolah. Agar ia menjadi orang yang
sukses. Akhirnya (E) bangkit lagi belajar
sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-citanya.
3) Identifikasi Permasalahan Konseli Berdasarkan Instrumen
ü
Berdasarkan Wawancara konseli tersebut teridentifikasi
permasalahan, konseli mempunyai kebiasaan - kebisaan sebagai berikut:
·
Kebiasaan konseli dirumah
1. (E) Anak Mandiri
2. (E) Suka membantu
orang tuanya
3. (E) suka mengerjakan
pekerjaan rumah
4. (E) suka mengajari
adiknya belajar
5. (E) suka menonton TV
6. (E) suka mendengarkan
musik
7. (E) tidak pernah
membantah perintah dari orang tuanya
8. Dalam proses belajar
dirumah (E) kurang adanya bimbingan dari orang tua
·
Kebiasaan Konseli disekolah
1. (E) anak yang rajin
2. (E) tidak pernah
membolos
3. (E) selalu mematuhi
aturan yang ada disekolah
4. (E) selalu mengerjakan
PR
5. (E) kesulitan
dalam pelajaran bahasa inggris
6. (E) pernah berantem
sama temannya
7. (E) pernah mencontek
hasil ulangan bahasa inggris temannya
8. (E) mengikuti banyak
ekstra kulikuler di sekolahan
9. (E) mudah bergaul
dengan teman barunya
·
Kebiasaan konseli Dimasyarakat
1. (E) mudah berinteraksi
dengan masyarakat
2. (E) suka menolong
tetangganya
3. (E) mengikuti kegiatan
karang taruna dimasyarakat
4. (E) suka merumpi
(membicarakan orang lain)
5. (E) dalam bertetangga
hubungannya sangat akrab
6. (E) mudah
bersosialisasi
7. (E) mudah bergaul
dengan masyarakat
ü
Berdasarkan Observasi konseli tersebut teridentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Keadaan rumah
sederhana
2. Fasilitas rumah cukup
memadai
3. Fasilitas ruang
belajar kurang memadai
4. Buku-buku penunjang
kurang
ü
Bedasarkan dari jawaban Angket konseli tersebut
teridentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Konseli sering
mengalami permasalahan dengan ayahnya
2. Jika mempunyai masalah
dengan keluarganya akan mengganggu proses belajar disekolah
3. Jika temannya berisik
pada waktu proses belajar konseli tidak bisa konsentrasi
4. Permasalahan yang ada
dirumah mempengaruhi prestasi belajar siswa
5. (E) berkeinginan selalu mendapatkan perhatian
dan kasih sayang dari kedua orang tuanya dan mendapatkan pengawasan dari orang
tuanya.
6. (E) mudah marah
ü
Berdasarkan Daftar Cek Masalah konseli tersebut
teridentifikasi permasalahan, konseli mempunyai kebiasaan - kebisaan sebagai
berikut:
·
Kebiasaan konseli dirumah sebesar 30% masalah yang muncul yaitu:
1. (E) dirumah kurang
mendapatkan perhatian
2. (E) dirumah suka
bertengkar dengan adiknya.
3. (E) suka menonton tv
dari pada belajar.
4. (E) lebih suka membaca
buku-buku hiburan dari pada buku pelajaran.
5. Sering membaca majalah
dari pada buku pelajaran
6. Setiap ada film baru
selalu menonton
·
Kebiasaan Konseli Disekolah sebesar 10,5% masalah yang muncul yaitu:
1. (E) sukar menyesuaikan
diri dengan suasana dikelas.
2. Pada waktu pelajaran
berlangsung (E) sering kurang konsentrasi.
3. Pelajaran yang disukai
tergantung pribadi gurunya.
4. Dalam keadaan mempelajari
pelajaran ia tidak suka menghafal baik dirumah atau disekolah.
5. (E) tidak menyukai
teman yang selalu menjagakan jika ada PR.
6. Sering kurang
konsentrasi di sekolahan
·
Kebiasaan di Masayarakat sebesar
17% masalah yang muncul yaitu:
1. Mudah merasa malu
2. Bingung bila
berhadapan dengan orang banyak
3. Tidak suka mengunjungi
teman lawan jenis
4. Tidak suka bila teman
lawan jenis main kerumah
5. Mempunyai kebiasaan
jelek
4) Analisa dan Diagnosa Masalah Konseli
Analisa adalah langkah
untuk mengumpulkan informasi tentang diri anak beserta latar belakangnya. Hal
itu bertujuan untuk memperoleh pemahaman tentang diri anak dalam berhubungan
dengan syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh penyesuaian diri baik
untuk masa sekarang maupun masa mendatang. Untuk mendapatkan data yang
sebanyak-banyaknya dan dapat bertanggungjawab, maka konselor menggunakan
bermacam-macam metode antara lain angket, observasi, wawancara, dll. Maka
Konselor akan cepat mendapatkan informasi dan data- data dari konseli tersebut.
Diagnosa adalah
kegiatan yang diambil untuk menentukan letak masalah, jenis masalah serta
penyebab-penyebab masalah yang sedang dihadapi siswa. Setelah saya mendapatkan
berbagai informasi dari konseli, konseli teridentifikasi menghadapi kesulitan
pada pelajaran bahasa inggris. Maka dari
itu saya bertindak segera membantu konseli agar bisa merubah cara belajarnya,
dengan mengikuti les bahasa inggris di sekolahan atau diluar sekolah. Agar
koseli tersebut bisa mendapatkan wawasan yang lebih luas. Dan bisa memahami
arti-arti dalam bahasa inggris. Sehingga konseli akan mudah m enerima materi
yang diterangkan oleh guru. Dan mengerjakan
ujian bahasa inggris akan lancar menjawab,dan mendapatkan nilai yang
optimal sesuai yang diharapkan.
Masalah Konseli Dilihat Dari 4 Bidang Antara Lain:
1. Bidang Pribadi
(E) dalam keluarga
mempunyai masalah dengan ayahnya. (E) pada waktu berangkat sekolah meminta uang
saku ayahnya tidak dikasih. Terpaksa (E) diam-diam mencuri uang ayahnya. Sampai
sekarang ayahnya pun tidak tahu dengan perbuatan (E) itu.
Ini dikarenakan kurangnya
perhatian dari kedua orang tuanya. (E) ingin semua keinginannya tercapai. (E)
mempunyai keinginan beli leptop, tetapi ayahnya belum punya uang. Jadi (E)
disuruh sabar untuk beli leptop. Karena orang tuanya masih mengumpulkan uang.
Disisi lain (E) kesulitan
dalam salah satu pelajaran yang ada disekolahan, yaitu pelajaran bahasa
inggris. Karena (E) tidak memahami pelajaran tersebut. (E) berkeinginan
meningkatkan prestasi ia sebaik mungkin, agar cita-cita yang dia harapkan
tercapai. Maka dari itu (E) harus merubah tingkah lakunya, dan belajar lebih
giat lagi agar menjadi anak yang berprestasi. Dan tidak akan kesulitan lagi dalam
proses belajar.
2. bidang Sosial
(E) adalah anak yang
mudah bergaul dengan teman-teman yang baru ia kenal. (E) mudah tersinggung jika
dia di ejek sama temanya. Dan didalam masyarakat (E) tidak pernah mengalami
hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga
hubungan bertetangganyapuncukup baik dan akrab.Tetapi (E) mempunyai tingkah
laku yang negatif, ia bersama teman-temannya merumpi (membicarakan orang lain)
perbuatan seperti ini jangan diulangi lagi.
3. bidang Belajar
Pada waktu belajar (E)
tidak suka belajar kelompok. Ia lebih suka belajar sendiri, karena bisa
konsentrasi. Tetapi (E) berkesulitan waktu pelajaran bahasa inggris. Karena
bahasa tersebut tidak dikuasai oleh (E). Dia pun waktu pelajaran bahasa inggris
selesai diterangkan sama guru, (E) memilih diam dan tidak mau bertanya.
4. Bidang Karier
Sekarang ini (E)
kebingungan pada pemilihan jurusan IPA/IPS. Karena (E) belum mengetahui bakat
dan kemampuan yang tepat baginya. Karena jurusan yang ia pilih nanti akan
membawa dia ke jenjang karier yang (E) cita-citakan.
5)Prognosis
Prognosis
adalah suatu langkah untuk memprediksi kemungkinan- kemungkinan akibat siswa
yang mempunyai permasalahan tidak segera mendapatkan bantuan. Kalau saya
perhatikan, bantuan harus seksama berdasarkan hasil identifikasi kasus dan
diagnosa yaitu menjadi penyebab permasalahan atau kasus yang dialami oleh siswa
yang bermasalah.
Kemungkinan – kemungkinan
permasalah yang menghambat (E) dalam kesulitan belajar bahasa inggris ialah:
1. Kurangnya buku-buku
penunjang
2. Kurangnya fasilitas
belajar
3. Tempat fasilitas
belajar tidak nyaman
4. Konseli malas belajar
5. Kurangnya perhatian
dari orang tuanya
6. Dan kurangnya
bimbingan dari orang-orang terdekat
Akibat
jika masalah (E) ini tidak segera diatasi maka kemungkinan yang akan terjadi
pada diri
siswa
yang bermasalah adalah sebagai berikut:
Ø
Tidak dapat memusatkan perhatian untuk mempelajari
materi-materi yang yang terkait dengan pelajaran bahasa inggris
Ø
Konsentrasi belajarnya bahasa inggris tidak optimal
Ø
Prestasi belajarnya akan menurun
Ø
Dapat menyebabkan konseli tidak naik kelas
Ø
Konseli akan dijauhi oleh teman-temannya
Ø
Tidak dapat mencapai cita-citanya
Akan tetapi jika
permasalahan (E) tersebut dapat segera diatasi maka yang akan terjadi adalah
sebagai berikut:
Ø
Dapat memusatkan perhatian untuk mempelajari
materi-materi yang yang terkait dengan pelajaran bahasa inggris
Ø
Konsentrasi belajar bahasa inggris konseli akan optimal
Ø
Prestasi belajar konseli akan naik
Ø
Konseli akan naik kelas
Ø
Konseli tidak akan dijauhi oleh teman-temannya
Ø
Cita-cita konseli akan tercapai
Alternatif Pemecahan Masalah
Klien diberi dorongan dan motivasi agar dapat memperbaiki dan
merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan
klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis
agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-actualizationnya
seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.
Setiap orang tidak lepas dari suatu permasalahan, bahwa dengan kita selalu
berusaha masalah akan dapat dihadapi dengan baik. Dengan adanya konseling
pada klien bertujuan untuk menghilangkan
gangguan-gangguan emosional yang&nbs p;merusak diri sendiri seperti rasa
takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah dan
lain sebagainya.
Untuk mendorong klien agar percaya diri dalam menghadapi
permasalahannya sendiri, ia harus dapat
berbicara terbuka dan selalu berusaha komunikasi untuk mengeluarkan perasaannya
dengan jujur, jika tidak bagaimana orang lain dapat mengetahui permasalahan
yang dialaminya. Keterbukaan ini harus sering dibiasakan dalam komunikasi
antara klien, adik dan orang tua maupun keluarga yang lain. Meluangkan waktu
dalam berbicara secara terbuka dari hati ke hati secara rutin, maka klien
menjadi lebih percaya kepada orang-orang didekatnya dalam mengutarakan
perasaannya, permasalahan dan keinginan yang dimilikinya. Dengan adanya
kejujuran dan keterbukaan antara klien dan orang yang dihadapinya maka dapat tercipta
hubungan yang harmonis dalam lingkungan keluarga.
Disisi lain konselor memberikan pemahaman kepada orang tua konseli,
agar konseli segera diberikan bimbingan dirumah seperti les privat, supaya
konseli tidak merasakan kesulitan dalam belajar.
BAB
III
PROSEDUR
PEMBERIAN BANTUAN
Berdasarkan hasil dari diagnosa masalah konseli terhadap kesulitan
dalam pelajaran bahasa inggris disebabkan prestasi belajar menurun. Maka akan
di uraikan kemungkinan – kemungkinan pemberian bantuan sebagai berikut:
Ø Membantu
konseli dengan menggunakan konseling individual
Konselor membantu konseli untuk mendapatkan alternatif pemecahan
masalah yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi konseli. Konseli
harus mandiri dalam menyelesaikan masalahnya. Dan konseli harus bisa
menyelesaikan masalahnya dengan sendirinya.
Dalam hal ini konseli harus merubah tingkah lakunya, dan tidak akan
mengulangi perbuatan itu. Dan konseli diberi pemahaman yang luas tentang
permasalahannya. Maka dari itu konseli memahami permasalahannya, sehingga
konseli bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Akhirnya konseli akan mudah
belajar dengan optimal. Dan harapan-harapan yang dicita - citakan tercapai.
Dalam proses konseling ini konselor membantu konseli dalam
menyelesaikan masalah- masalah yang menghambat proses belajar konseli dengan
menggunakan pendekatan RET atau menggunakan pendekatan behafioristik.
·
Pendekatan RET
Manusia pada dasarnya
adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional.
Ketika berpikir dan bertingkah laku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan
kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi
tidak efektif.
§
Tujuan Konseling
Menurut
Willis (2010: 76) RET bertujuan memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara
berfikir, keyakinan serta pandangan klien yang irasional menjadi rational,
sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi yang optimal.
Melengkapi
pernyataan di atas Latipun (2010: 79) mengatakan bahwa untuk mencapai
tujuan-tujuan konseling itu maka perlu pemahaman klien tentang sistem keyakinan
atau cara berfikirnya sendiri. Ada tiga tingkatan insight dalam RET, yaitu:
1) Pemahaman (insight) di capai ketika klien memahami
tentang perilaku penolakan diri yang dihubungkan pada penyebab sebalumnya yang
sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang
diterima, yang lalu dan saat ini.
2) Pemahan terjadi ketika
konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa yang mengganggu klien pada
saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus di pelajari dan di
perolah sebelumnya.
3) Pemahaman di capai
pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak
ada jalan lain untuk keluar dari hambatan irasional kecuali dengan mendeteksi
dan melawan keyakinan irasional.
Dengan
membantu masalah yang dihadapi (E) ini menggunakan teknik pendekatan RET untuk
mengubah tingkah laku konseli dan merubah pemikiran irasional menjadi rasional.
Disini (E) pulang sekolah langsung main dirumah temannya. Dia menggunakan waktu
luangnya untuk hal-hal yang tidak
berguna, malah merugikan bagi dirinya.
Konselor
harus segera membantu (E) untuk bisa merubah berfikir rasional.sehingga (E)
tidak menyalah gunakan waktu luangnya.
Indikator keyakinan
irasional :
(a) manusia hidup dalam
masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala
sesuatu yang dikerjakan; (b) banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak
baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan,
dan dihukum; (c) kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai
malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau
harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya; (d) lebih mudah untuk menjauhi
kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk mengahadapi dan
menanganinya; (e) pender itaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan
eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk
menghilangkan penderitaan emosional tersebut; (f) pengalaman masa lalu memberikan
pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan
tingkah laku individu pada saat sekarang; (g) untuk mencapai derajat yang
tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan
kekuatan supranatural; dan (h) nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang
lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan&n
bsp;tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
§
Tahapan
Konseling
George
dan Cristiani (dalam Latipun, 2010: 80) mengemukakan tahap-tahap konseling RET
adalah sebagai berikut:
1. Proses untuk
menunjukkan kepada kline bahwa dirinya tidak logis, membantu mereka memahami
bagaimana dan mengapa menjadi demikian, dan menunjukkan hubungan gangguan yang irasional itu tidak dengan kebahagiaan
dan gangguan emosional yang di alami.
2. Membantu klien
meyakini bahwa berfikir dapat ditentang dan diubah. Kesediaan klien untuk di
eksplorasi secara logis terhadap gagasan yang dialami oleh klien dan konselor
mengarahkan pada klien untuk melakukan disputing
terhadap keyakinan klien yang irasional
3. Membantu klien lebih
mendebatkan (disputing) gangguan yang tidak tepat atau tidak rasional yang
dipertahankan selama ini menuju berfikir yang lebh rasional dengan cara
reinduktrinasi yang rational termasuk bersikap secara rataional.
§
Deskripsi Proses
Konseling
Konseling
rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan
sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam
batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien.
Tugas konselor
menunjukkan bahwa
· masalahnya
disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak rasional
· usaha untuk
mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan.
Operasionalisasi
tugas konselor : (a) lebih edukatif-direktif kepada klien, dengan cara banyak
memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap awal mengkonfrontasikan
masalah klien secara langsung; (b) menggunakan pendekatan yang dapat memberi
semangat dan memperbaiki cara berpikir klien, kemudian memperbaiki mereka untuk
dapat mendidik dirinya sendiri dengan gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa
ide irrasional itulah yang menyebabkan hambatan emosional pada klien; (c)
mendorong klien menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya; (d)
menggunakan pendekatan didaktif dan fi losofis menggunakan humor dan menekan
sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional.
§ Evaluasi Treatment
Peneliti melakukan kontrak kasus dengan klien dan melakukan
keakraban. Hubungan konselor klien sederajat / sejajar, yaitu membantu klien
menemukan kondisi masa lalu yang tidak menguntungkan, membantu klien agar
terampil melaksanakan hubungan antar pribadi dengan menggunakan status ego yang
tepat , membantu klien menemukan apa yang diperlukan, membantu klien mendapat kesadaran yang
realistis dan menemukan alternatif hidup yang otonomi dan bertanggung jawab
masing – masing dalam upaya mencapai kesejahteraan klien sebagaimana tertera
dalam kontrak
Konselor melakukan pendekatan secara bertahap, untuk menerapi klien
dengan metode Rasionol Emotif Terapi (RET).
Setelah perlakuan dikenakan ada sedikit demi sedikit perubahan sikap yang
ditunjukkan oleh klien. Klien menjadi berubah sikapnya klien lebih bisa sedikit
terbuka dan berpikir yang rasional. Selain itu klien juga sudah mampu memahami
bahwa perbuatannya selama ini tidak baik dan berjanji untuk merubahnya karena
apabila tetap dilakukan akan berdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang
lain.
§
Karakteristik
Proses Konseling Rasional-Emotif :
1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam
hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam
menghadapi dan memecahkan masalahnya.
2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa
hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan
pemecahan masalah yang rasional.
3. Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa
hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien
dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar
akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan
konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya
perubahan tingkah laku klien.
·
Pendekatan Behavioristik
Tujuan-tujuan konseling menduduki suatu tempat yang amat penting
dalam terapi tingkahlaku. Pada konseling behavior konseli yang memutuskan
tujuan-tujuan terapi yang secara spesifik ditentukan pada permulaan proses
terapeutik. Menurut Corey (2003: 202)
menyatakan bahwa tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan
kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya adalah segenap
tingkahlaku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkahlaku yang maladatif.
Secara umum tujuan konseling perilaku adalah antara lain :
a. Menciptakan kondisi baru pembelajar.
b. Menghapus tingkah laku maladaptif untuk digantikan perilaku yang
adaptif.
c. Meningkatkan personality choice.
Karakteristik konseling behavioral adalah : (a) berfokus pada
tingkah laku yang tampak dan spesifik, (b) memerlukan kecermatan dalam
perumusan tujuan konseling, (c) mengembangkan prosedur perlakuan spesifik
sesuai dengan masalah klien, dan (d) penilaian yang obyektif terhadap tujuan
konseling.
Maka dari itu konselor segera bertindak langsung menggunakan teknik
pendekatan behavioristik ini untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah
yang dihadapi (E). Dan segera membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi (E).
Sehingga masalah yang dihadapi (E) segera terselesaikan. Dan konselor
memberikan pemahaman terhadap (E) agar bisa memahami masalah yang dihadapinya.
Dan (E) harus bisa merubah tingkah lakunya, dan tidak akan mengulangi
permasalahan yang sama.
Menurut Corey (2003: 208) konseli harus secara aktif terlibat dalam
pemilihan dan penentuan tujuan-tujuan, harus memiliki motivasi untuk berubah
dan bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan terapeutik, baik
selama pertemuan-pertemuan terapi maupun di luar terapi, dalam situasi-situasi
kehidupan nyata. jika konseli tidak secara tidak aktif terlibat dalam proses
terapeutik, maka terapi tidak akan membawa hasil-hasil yang memuaskan.
Disini konselor membantu (E) untuk merubah tingkah lakunya secara
berlahan-lahan, agar (E) paham dengan masalah yang dihadapinya. Supaya (E) bisa
bertingkah laku yang baik pada waktu disekolahan seperti mendengarkan guru pada
waktu proses belajar. Agar konseli tersebut tidak kesulitan dalam mempelajari
bahasa inggris. Jadi bantuan yang diberikan konseli ini benar-benar digunakan konseli untuk segera
merubah tingkah lakunya. Agar bisa belajar dengan optimal.
v Deskripsi Proses
Konseling
Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya
proses belajar tersebut.
Konselor aktif :
1. Merumuskan masalah
yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya
atau tidak
2. Konselor memegang
sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang
teknik-teknik yang digunakan dalam konseling
3. Konselor mengontrol
proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
v Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral
· Memodifikasi
tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar klien terdorong untuk merubah
tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan
dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku
klien.
· Mengurangi
frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan.
· Memberikan
penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan
tingkah laku yang tidak diinginkan.
· Mengkondisikan
pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape
recorder, atau contoh nyata langsung).
· Merencanakan
prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan
sistem kontrak. Penguatannya dapat berbentuk ganjaran yang berbentuk materi
maupun keuntungan sosial.
v Teknik-teknik Konseling
Behavioral
1. Latihan
Asertif
Teknik ini dugunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan
untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama
berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan
perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan
respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran
dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam
latihan asertif ini.
2. Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang
memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami
dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah
menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon
yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian
klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.
Jadi desensitisasi sistematis hakikatnya merupakan teknik relaksi yang
digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif
biasanya merupakan kecemasan, dan ia
menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
3. Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk.
Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon
pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan
secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki
kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah
laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
4. Pembentukan Tingkah laku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada
klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor
menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model
audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis
tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh
memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai
ganjaran sosial.
Ø Treatment
Tahap
ini merupakan tahap pengembangan strategi pemecahan maslah dalam konseling.
Guru membantu anak menemukan sumber-sumber pada diri anak. Sumber-sumber
lembaga dan masyarakat guna membantu anak mencapai penyesuaian yang optimal.
Melalui tahap ini guru memberikan alternatif pemecahan masalah dengan tetap
mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari setiap alternatif yang mungkin
dapat dilakukan.
Ø
Membantu konseli menggunakan layanan bimbingan
Layanan bimbingan siswa sangat penting bagi semua personal yang terkait baik itu kepala sekolah, guru wali kelas, guru mata pelajaran, yang bersang kutan, orang tua, maupun guru praktikan . Adapun kegunaan layanan bimbingan siswa ini adalah sebagai berikut:
Layanan bimbingan siswa sangat penting bagi semua personal yang terkait baik itu kepala sekolah, guru wali kelas, guru mata pelajaran, yang bersang kutan, orang tua, maupun guru praktikan . Adapun kegunaan layanan bimbingan siswa ini adalah sebagai berikut:
1) Kepala Sekolah
Sebagai
informasi atau masukkan, sehingga dapat memberikan pembinaan dan
mengkoordinasikan atau kerjasama dengan pihak yang dapat memberikan pemecahan
masalah konseli, serta mengurangi kendala yang ada.
2) Guru Wali Kelas
Wali
kelas sebagai tanggung jawab terhadap proses belajar mengajar yang terjadi
dikelas maka dengan adanya layanan bimbingan siswa ini dapat dinyatakan
referensi memperoleh informasi perkembangan anak dan dapat berpartisipasi dalam
pemecahan masalah yang dihadapi siswa, sehingga dapat membina dan
mengarahkannya.
3) Guru Mata pelajaran
Pelaksanaan
layanan bimbingan siswa yang tepat dapat membantu mengatasi gangguan yang
terjadi dalam proses belajar mengajar dikelas sehingga dapat membantu mengarahkan pilihan pemecahan masalah yang
dihadapi siswa dengan kemampuan siswa itu sendiri.
4) Siswa yang
Bersangkutan
Dengan
adanya layanan bimbingan siswa ini dapat membantu siswa menyelesaikan masalah
yang dihadapi dan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.
5) Orang Tua / Wali Murid
Dengan
adanya layanan bimbingan siswa ini dapat memberikan masukan dan peningkatan
perhatian terhadap aspek pribadi siswa yang perlu dibenahi untuk membantu
proses peningkatan demi masa depan konseli.
6) Praktikan
Dapat
memperoleh pengalaman yang nyata dalam menghadapi siswa dengan beragam
karakteristiknya, sehingga pada akhirnya dapat melatih ketrampilan dalam
melakukan tugas layanan bimbingan siswa yang dihadapi oleh siswa. Hal itu dapat
meningkatkan beban siswa, sehingga siswa tersebut dapat mewujutkan cita-cita.
BAB IV
EVALUASI
1) Evaluasi Proses
Evaluasi proses bersifat komplementer. Peninjauan evaluasi terhadap
proses dapat menemukan kelemahan-kelemahan tertentu yang menjadi faktor-faktor
penyebab bahwa hasilnya kurang memuaskan. Dengan demikian, evaluasi proses akan
sangat bermanfaat sebagai dasar bagi tindakan-tindakan korektif terhadap
seluruh aktivitas bimbingan, sehingga produk yang dihasilkan akan lain atau
dapat ditingkatkan.
Evaluasi proses adalah memusatkan perhatian kepada aspek-aspek
kegiatan-kegiatan bimbingan yang mendahului tercapainya efek, termasuk
tujuan-tujuan bimbingan.
1. Wawancara (interview)
Wanwancara adalah suatu teknik pengumpul data dengan cara mengadakan
komunikasi langsung dengan nara sumber data. Komunikasi dapat dilakukan dengan
dialog (tanya- jawab) secara lesan, baik langsung maupun tidak langsung.
Wawancara langsung artinya data yang akan dikumpulkan langsung diperoleh dari
individu yang bersangkutan. Misalnya wawancara dengan siswa untuk memperoleh
keterangan mengenai dirinya. Wawancara tidaak langsung yaitu apabila wawancara
dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan mengenai orang lain.
Misalnya wawancara dengan konselor untuk memperoleh keterangan dari&
nbsp;konseli. Wawancara dapat bersifat isidental, yaitu apabila dilakukan
sewaktu-waktu bila dianggap perlu. Dan dapat bersifat berencana, yaitu apabila
dilaksanakan secara berencana pada waktu-waktu yang telah ditetapkan.
Beberapa keuntungan menggunakan teknik wawancara sebagai alat
pengumpul data adalah sebagai berikut:
a. Wawancara merupakan teknik yang tepat untuk mengungkapkan keadaan
pribadi
b. Dapat dilaksanakan kepada setiap individu, segala usia
c. Tidak dibatasi oleh kemampuan membaca atau menulis pada diri individu
d. Dapat diadakan serempak, sambil observasi dan memberikan
bimbingan
e. Mempunyai kemungkinan masuknya data yang lebih banyak dan lebih
tepat
f. Dapat menjalin hubungan pribadi yang lebih akrab
g. Wawancara dapat memberikan penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang kurang jelas
h. Kerahasiaan pribadi lebih terjamin
2. Observasi
Pengertian observasi adalah suatu teknik untuk mengamati secara
langsung atau tak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung,
baik di sekolah dan diluar sekolah. Observasi merupakan salah satu teknik yang
sederhana dan tidak memerlukan keahlian khusus. Observasi dapat dilakukan
secara berencana maupun secara insidental. Dilihat dari hubungan antara
observer dengan observant (individu yang diobservasi), dapat dibedakan antara
observasi partisipatif dan observasi non partisipatif. Dalam observasi
partisipatif, observer turut serta dalam kegiatan atau situasi yang
dilakukan ;observant. Misalnya jika
konselor ingin mengobservasi tingkah laku konseli pada waktu melakukan
kebiasaan dirumah, maka konselor sendiri turut serta dalam kegiatannya. Dengan
cara ini dapat diperoleh data yang lebih baik karena konseli tidak merasa
sedang dirinya diamati. Sedangkan dalam observasi non partisipatif, observasi
tidak mengambil bagian atau turut serta dalam kegiatan-kegiatan yang sedang
diobservasi. Disini observer berdiri semata-mata sebagai pengamat.
3. Angket
Angket merupakan teknik pengumpul data yang dilakukan dengan sumber
data. Jika wawancara dilakukan dengan komunikasi secara lisan maka dalam
angket, komuikasi dilakukan secara tertulis. Data yang akan dikumpulkan
dijabarkan dalam bentuk pertanyaan secara tertulis,dan responden memberikan
jawaban secara tertulis pula. Seperti halnya dalam wawancara, angket pun dapat
bersifat langsung atau tidak langsung. Angket bersifat langsung bila angket
diberikan kepada responden untuk meminta keterangan mengenai dirinya sendiri.
Angket tak langsung bila angket diberikan kepada responden untuk me minta
keterangan mengenai orang lain. Misal: angket diberikan kepada konseli untuk
memperoleh keterangan mengenai permasalahan atau kebiasaan hidupnya
sehari-hari. Dalam hal tertentu angket memiliki keuntungan yang lebih banyak
apabila dibandingkan dengan wawancara.
4. Daftar cek masalah
Dalam bentuk daftar cek, semua aspek yang akan diobservasi
dijabarkan dalam suatu daftar. Pada waktu observasi, observer tinggal memberi
tanda cek terhadap ada atau tidaknya aspek-aspek yang diobservasi pada
observant, atas dasar aspek-aspek yang sudah disiapkan. Bentuk daftar cek ini
ada yang bersifat individual dan ada yang bersifat kelompok. Daftar cek
individual digunakan untuk mencatat hasil observasi pada seorang individual,
sedangkan daftar cek kelompok digunakan untuk mencatat kegiatan individu dalam suatu
kelompok.
2) Evaluasi Hasil
Evaluasi atau penilaian diadakan melalui peninjauan terhadap hasil
yang diperoleh setelah orang-orang muda berpatisipasi secara aktif dalam
beberapa kegiatan bimbingan dan melalui peninjauan terhadap kegiatan-kegiatan
itu sendiri dalam berbagai aspeknya. Peninjauan evaluatif yang pertama
memusatkan perhatian kepada afek-afek yang dihasilkan, sesuai dengan
tujuan-tujuan bimbingan.
Ø Berdasarkan
hasil wawancara
Setelah pengisian angket maka diadakan wawancara
kepada klien yang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data dari siswa.
Dari hasil wawancara diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Orang tua/wali murid
kurang peduli
2. Jarang berkomunikasi
dengan orang tua/wali murid
3. Kadang tidak dikasih
uang saku
4. Ada teman di kelas
yang kurang disukai
5. Bingung mencari
jurusan sesuai kemampuan
6. Teman sebangkunya
sebagai tempat curhatnya.
7. Kurang suka dengan
salah satu guru karena guru tersebut mengadakan ulangan mendadak dan dianggap
kurang memahami kondisi siswa.
8. Pernah mencontek hasil
ulangan bahasa inggris teman
Ø Berdasarkan
hasil angket
Dari
hasil angket di dalam kelas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Konseli sering bingung
ketika pelajaran bahasa inggris sedang berlangsung.
2. Konseli kurang bersemangat, sering merasa bosan pada waktu
pelajaran bahasa inggris di kelas
3. Sering tidak bisa konsentrasi pada waktu pelajaran
Ø Berdasarkan
hasil observasi
Dari hasil observasi di
rumah dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Fasilitas belajar
kurang
2. Fasilitas rumah
sederhana
3. Buku-buku penunjang
kurang memenuhi
Ø Berdasarkan
DCM
Dari
hasil DCM di rumah dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Mudah marah
2. Tidak suka sama teman jika menjagakan pada waktu ada PR
3. Mudah merasa malu
Maka
dari itu kesimpulannya diatas adalah konselor harus melihat apakah ada
perubahan pada diri siswa atau tidak. Setelah saya memonitor konseli tersebut,
konseli tersebut sedikit demi sedikit sudah merubah tingkah lakunya. Ia sekarang
mengikuti les bahasa inggris. Ia berkeinginan bisa memahami materi bahasa
inggris, supaya paham jika diterangkan oleh guru.
3) Tindak Lanjut / Follow Up
Tindak
lanjut (follow up) adalah usaha yang
dilakukan oleh saya untuk mengetahui perkembangan konseli setelah selesai
diberikan bantuan. Langkah instrumen penelitian ini merupakan langkah untuk
menilai keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada konseli untuk
mengikuti diri konseli, apakah bantuan yang diberikan kepada konseli memberikan
hasil yang sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Kegiatan ini memerlukan
waktu yang cukup lama, karena itu peranan konselor, wali kelas, guru bidang
studi, dan orang tua sangat diperlukan untuk menentukan perkembangan konseli
dengan senantiasa memantau p erkembangan konseli yang bermasalah.
Adapun langkah-langkah
yang dilakukan adalah :
1. Melimpahkan masalah
tersebut kepada wali kelas maupun kepada guru bidang studi yang bersangkutan
agar selalu memonitor dan terus memberikan layanan kepada siswa kasus tersebut.
2. Memberikan motivasi
kepada siswa kasus untuk selalu giat belajar sehingga prestasi belajar yang
telah diraihnya dapat dipertahankan.
3. Menyarankan kepada
orang tua atau wali siswa kasus agar senantiasa memberikan perhatian kepada
putrinya, khususnya dalam belajar serta memberikan motivasi kepada siswa untuk
belajar dengan baik. Selain itu, orang tua juga perlu mendukung keinginan siswa
yang berhubungan dengan cita-citanya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian diatas,
dapat diambil kesimpulan antara lain:
1. Layanan studi kasus
kesulitan belajar bidang studi adalah upaya mengenal, memahami dan menetapkan
siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya kesulitan belajar bidang
studi, dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosis, memprognosis, dan
memberikan pertimbangan pemecahan masalah.
2. Langkah-langkah yang
digunakan dalam layanan studi kasus kesulitan belajar terdiri dari:
identifikasi, analisis data, sintesis, diagnosis, prognosis, pemberian
bantuan/treatment, dan tindak lanjut/follow up.
3. Klien mengalami
kesulitan belajar karena kurangnya minat dan motivasi untuk belajar, selain itu
klien tidak mau bertanya apabila ada mata pelajaran yang kurang dimengerti.
Klien sering malas belajar, dan kurang berkonsentrasi dalam pelajaran.
4. Bantuan yang diberikan
kepada klien bertujuan untuk membantu menyelesaikan masalah belajar di sekolah,
masalah kebiasaan belajar, masalah pergaulan sosial, dan masalah dengan
keluarga.
5. Hasil yang diperoleh
setelah diberi bantuan yaitu klien mulai memperhatikan penjelasan dari guru
pada waktu pelajaran .
B. Saran
Dalam menyelesaikan suatu
masalah, haruslah difikirkan dan direncanakan secara matang, langkah-langkah
yang ditempuh harus dilakukan dengan sabar, tekun dan berkesinambungan.
a) Saran kepada Konseli
a. Jangan
merasa rendah diri tetapi harus merasa yakin terhadap diri sendiri.
b. Menanamkan
dalam diri tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan.
c. Mengubah
pola belajar, sebaiknya belajar secara rutin setiap pulang sekolah dan malam
harinya walau hanya sebentar.
b) Saran kepada Orang Tua
a. Sebaiknya orang tua
memberikan perhatian yang lebih kepada klien, terutama perkembangan belajar di
rumah.
b. Hendaknya orang tua
memberikan perhatian dengan porsi yang tepat tidak hanya kebutuhan fisik saja
akan tetapi kebutuhan psikis. Misalnya menumbuhkan rasa percaya diri anak.
c. Hendaknya orang tua
memperhatikan kebutuhan sosial anak.
c) Saran kepada Guru
a. Sebaiknya guru
memberikan perhatian yang lebih pada klien atas masalah yang dihadapi terutama
sakit yang pernah diderita.
b. Guru harus lebih peka
terhadap masalah belajar anak didiknya dan memberikan solusi yang tepat untuk
mengatasi masalah.
c. Guru harus lebih
sering bekerjasama dengan orang tua klien untuk mengetahui perkembangan belajar
klien tersebut.