Rabu, 30 Januari 2013

study kasus bimbingan dan konseling



LAPORAN STUDI KASUS
Untuk: Memenuhi Tugas Studi Kasus


Disusun Oleh:
Nama: AGUNG TRIO SEDAYU
NPM: 101.21.177
Prodi/Kelas: BK / 5E



PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2012/2013




KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT  yang selalu melimpahkan karunia-Nya, sehingga pada saat in saya telah menyusun laporan studi kasus ini.
Penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan studi kasus ini yaitu kepada :
1. Kedua orang tua saya yang telah memberikan motivasi dan do’a dalam menyelesaikan    tugas ini.
2. Ibu Noviyanti Kartika Dewi, S.Pd. Selaku dosen pembimbing dalam menyusun laporan   studi kasus.
3. Kepada klien dan keluarga klien yang telah bersedia menjadi naran sumber.
4. Kepada seluruh teman-temanku yang telah mendukung dalam membuat laporan studi kasus .
Laporan studi kasus ini sangatlah berguna bagi konselor untuk membantu memahami ridan menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa. Dan metode studi kasus ini akan mempermudah konselor menemukan permasalahan klien.
Saya menyadari laporan studi kasus jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharap saran dan kritiknya yang bersifat membangun. Penulis mengharap laporan studi kasus ini dapat bergguna bagi siapa saja yang membaca khususnya semua pihak mahasiswa-mahasiswi IKIP PGRI Madiun.




   Madiun,      Januari 2013











DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB.I.  PENDAHULUAN  
A. Hakikat Studi Kasus
B. Latar belakang pelaksanaan studi kasus
C. Tujuan studi kasus  
D. Asas konfidensialitas
BAB.II. IDENTIFIKASI KASUS
A. Proses menemukan konseli
B. Identitas konseli
C. Identifikasi permasalahan konseli berdasarkan instrument  
D. Analisa dan diagnose masalah konseli
E. Prognosis
BAB.III. PROSEDUR PEMBERIAN BANTUAN
A. Upaya bantuan yang diberikan kepada konseli
BAB.IV. EVALUASI
A. Evaluasi proses
B. Evaluasi hasil
C. Tindak lanjut/ follow up
BAB.V. PENUTUP
A. Kesimpulan  
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN







BAB I
PENDAHULUAN

A. Hakekat  Studi Kasus
Konsep dasar hakekat studi kasus adalah suatu studi atau analisa komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik. Teknik ini bisa digunakan menemukan gejala atau ciri- ciri/karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang pada siswa.

Berikut definisi studi kasus menurut dari beberapa pakar dalam psikologi dan bimbingan dan konseling antara lain: Studi kasus adalah suatu teknik yang mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyelesaian diri yang lebih baik. (I.Djumhur,1985). Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari  keadaan dan perkembangan seorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu murid mencapai penyesuain yang lebih baik. (Ws.Winkel,1995). Studi kasus adalah pengumpulan data yang bersifatintegratif dan komprehensif.integratif artinya mengubah berbagai pendekatan,kompreh ensif artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap.(Dewa ketut sukardi,1983). Studi kasus adalah suatu penyelidikan sistematis atau kejadian khusus. ( Nisbet dan watt,1994). Studi kasus adalah suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari sesuatu kejadian mengenai perseorangan atau riwayat hidup. (Bimo walgito,2004). Studi kasus adalah pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subyek atautempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.( Bogdan dan biken,1982).Pengertian studi kasus psikologi Kartono dan Gulo (2000) meny ebutkan dua pengertian tentang studi kasus (case study) yaitu : Pertama studi kasus adalah suatu penelitian / penyelidikan intensif ,yang mencakup semua informasi relevan terhadap seorang atau beberapa orang biasanya berkenaan dengan satu gejala psikologi tunggal. Kedua  studi kasus merupakan informasi – informasi historis atau biografis tentang seorang individu ,sering kali mencakup pengalamannya dalam terapi. Studi kasus merupakan proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencari pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara  maksimum kepada sekolah, keluarga serta masyarakat. ( Miller dalam Surya, 1975). Studi kasus merupakan suatu proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan sehingga memberikan manfaat bagi dirinya dan masyarakat.(Stoops,1975). Studi kasus merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang siswa secara lengkap dan mendalam, dengan tujuan untuk memahami individualitas siswa dengan baik dan membantunya dalam perkembangan selanjutnya.(Kasie dan Hermien).Stuidi kasus merupakan sebuah proses bantuan yang diberikan kepada anak didik yang dilakukan secara terus menerus supaya anak didik dapat memahami dirinya, sehingga dapat mengerahkan dirinya dan bertingkah laku wajar sesuai dengan keadaan lingkungan di sekolah sendiri, keluarga serta masyarakat. (Sukardi,1993).
Jadi dapat disimpulkan studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh konselor untuk membantu individu dalam menemukan permasalahan dan hambatan hidup yang dialaminya, dilingkungan sekolah, dirumah, dan dimasyarakat. Konselor harus bisa menemukan permasalahan yang dihadapi siswa mengenai gejala-gejala atau karakteristik siswa ataupun tingkah laku yang menyimpang baik individu ataupun kelompok. Sehingga akan mempermudah konselor bisa menemukan teknik-teknik yang tepat dalam memecahkan masalah klien tersebut. Akhirnya konselor akan mempermudah untuk membantu perkembangan penyesuaian diri&nb sp;secara maksimal.
Disisi lain berdasarkan uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa studi kasus adalah usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan siswa yang mempunyai masalah. Dengan kata lain merupakan bentuk layanan yang bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki keadaan pribadi dan tingkah lakunya serta perkembangan seorang siswa dengan menggunkan teknik pengumpulan data yang bersifat integrasi dan komprehensif.

B. Latar Belakang Pelaksanaan Studi Kasus

Di era globalisasi saat ini banyak siswa yang mempunyai masalah-masalah terhadap tingkah laku, karakter, maupun mentalnya terganggu. Maka klien yang seperti ini harus ditangani konselor dengan cepat untuk membantu klien memahami masalah yang dihadapinya. Disisi lain konseli ini memiliki permasalahan terhadap kesulitan belajar bahasa inggris. Sehingga konseli tersebut harus bisa merubah tingkah lakunya. Agar proses belajarnya berjalan secara optimal.
Dalam lembaga pendidikan formal tentu mengacu  pada adanya tujuan dari pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan peserta didikanya secara optimal, adil merata untuk semua anak bangsa. dan mengubah perilaku peserta didik dari hal-hal yang negatif menjadi positif, setiap pihak atau personil disebuah sekolah hampir semuanya mengharapkan para peserta didiknya mampu belajar dengan baik dan hasil dari belajar itulah yang mampu mengharumkan nama bangsa melalui berbagai prestasi yang akan ditorehkan oleh anak – anak didik kita di sekolah.
Seorang guru pembimbing atau konselor mempunyai tugas yaitu membantu siswa untuk mengatasi masalahnya . Dan konselor menyadarkan klien untuk memahami dirinya dan masalahnya, sehingga klien tersebut bisa menyelesaikan masalahnya dengan sendirinya sesuai apa yang diharapkan klien tersebut. Agar klien tersebut bisa berkembang secara optimal.

Setiap siswa mempunyai masalah yang sangat variatif. Permasalahan yang dihadapi siswa dapat bersifat pribadi, sosial , belajar dan karier. Sebelum diadakan proses konseling konselor harus bisa memahami semua alternatif-alternatif dalam pemecahan masalah. Sehingga dalam membantu klien akan mudah cepat menemukan permasalahan dan pemecahan masalah yang dihadapi klien, baik masalah berat atau ringan.
Konselor sekolah diharapkan untuk mengetahui keadaan dan kondisi siswa. Konseling baru dapat diberikan dengan baik apabila data mengenai klien yang akan dikonseling sudah diperoleh. Banyak metode dalam melakukan bimbingan dan konseling, dalam melakukan proses konseling ini konselor menggunakan metode studi kasus. Konselor dituntut menemukan masalah siswa dan memahami masalah siswa tersebut. Dan konselor harus menerima dengan sepenuh hati tentang latar belakang siswa yang berbeda-beda.
  Studi kasus ini diterapkan kepada siswa yang lambat belajar, anak-anak yang mengalami penyimpangan tingkah laku, mengalami kesulitan belajar, dan lain sebagainya. Kegiatan ini dilakukan sebagai usaha mencari cara yang sebaik-baiknya untuk membantu siswa agar mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan perkembangan siswa.
Dengan menggunakan studi kasus ini pembimbing bisa mendapatkan tinjauan yang mendalam. Dalam perkembangannya teknik-tknik pendukung seperti teknik pengumpul data, teknik identifikasi masalah, analisis, interpretasi dan treatment metode studi kasus terus diperbarui. Maka studi kasus akan mempermudah konselor sekolah untuk membantu siswa memahami dirinya sendiri secara mendalam. Agar mudah mengetahui permasalahan dan hambatan yang dialami siswa sampai akar permasalahan. Dan akhirnya konselor segera dapat menentukan penanganan dan pemecahan masalah siswa dengan mudah. 

C. Tujuan Studi Kasus
Tujuannya dari studi kasus adalah konselor dapat memahami dan mengenal diri pribadi klien yang dianggap mempunyai masalah secara luas dan mendalam. Konselor menjajaki semua permasalahan yang dihadapi klien, agar konselor dapat memahami dan menetapkan faktor-faktor penyebab permasalahan yang dihadapi klien. Sehingga klien tersebut bisa memahami permasalahan yang dihadapi. Dan konselor segera bertindak menangani permasalahan klien, dan menentukan jenis layanan yang tepat dalam memecahkan masalah tersebut sesuai dengan permasalahan/ hambatan yang dihadapi klien.
Agar mencapai harapan yang diinginkan klien , konselor harus memberi bantuan secara mendalam kepada  siswa yang mengalami permasalahan untuk memperoleh jalan keluar dalam memecahkan masalah tersebut. Dan konselor harus memiliki  wawasan dan pengetahuan dalam permasalahan klien, sehingga akan mempermudah menemukan alternatif - alternatif yang tepat untuk memecahkan masalah klien. Dan pembimbing / konselor  dituntut untuk dapat memahami dan menerima pada diri siswa akan muncul berbagai karakter dan keunikan watak yang berbeda antara siswa yang satu dengan siswa&nbs p;yang lainnya. Selain itu konselor harus memberi pemahaman kepada klien untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik, baik penyesuaian pada diri sendiri maupun pada penyesuaian lingkungan. Akhirnya klien dapat menghadapi permasalahan dan hambatan yang menghalangi hidupnya, dan tercipta keselarasan dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.
Berdasarkan masalah yang dihadapi siswa, maka tujuan yang ingin dicapai dalam layanan bimbingan siswa adalah secara umum konselor harus bisa mengenali latar belakang pribadi konseli. Agar konselor bisa mengembangkan kemampuan, merencanakan masa depan yang beracuan pada minat, bakat, dan kemampuan yang dimiliki konseli. Dan konselor membantu siswa dalam mengembangkan pengertian, pemahaman diri dan kemampuan konseli dalam memecahkan masalah tanpa menimbulkan masalah baru. Supaya konseli memahami dan menetapkan jenis, sifat dan faktor penyebab serta alternatif pemecahan dalam meng atasi timbulnya masalah yang serupa. Sedangkan tujuan khusus yaitu membantu proses sosialisasi kepada kebutuhan orang lain. Konselor membantu konseli untuk mengembangkan motivasi dalam belajar sehingga tercapai peningkatan prestasi belajar. Konselor juga membantu konseli untuk hidup seimbang dalam aspek fisik, mental, dan sosial. Dan membantu konseli untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat pribadi dan hasil belajar.
Tujuan pelaksanaan studi kasus adalah menjaga kerahasiaan konseli terutama masalah-masalah yang dihadapinya. Segala sesuatu yang dikemukakan oleh konseli akan dirahasiakan oleh konselor. Dan segala data atau informasi yang menyangkut pribadi konseli akan dijamin kerahasiaannya dalam hal ini laporan studi kasus ini hanya akan diberikan kepada yang berwenang saja atau pihak yang berwenang dalam laporan studi kasus ini. Akhirnya konseli mempercayai konselor bisa menjaga rahasia konseli dan dapat membantu menemukan masalah yang dihadapi konseli.

D. Asas Konfidensialitas
Pada hakikatnya kegiatan asas konfidensialitas ini dilaksanakan dalam usaha menguasai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dalam memberikan layanan konseling secara individu serta pembuatan laporan studi kasus. Kegiatan studi kasus relatif sama dengan kegiatan konseling yang sebenarnya, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan kegiatan ini merupakan awal bagi calon konselor dan untuk selanjutnya dapat memberikan gambaran bagaimana konseling sesungguhnya dilapangan.
Metode studi kasus ini diperlukan berbagai macam data, baik data pribadi maupun data tentang lingkungan (lingkungan keluarga,sekolah, dan masyarakat) sebagai faktor yang mempengaruhi keberadaan konseli.
Untuk memahami masalah yang sedang dihadapi oleh konseli diperlukan suatu pengumpulan data dari berbagai sumber dan aspek-aspek yang lengkap serta dapat dipercaya. Hal ini penting untuk mendapatkan sebuah gambaran yang lengkap dan menyeluruh sehingga pada akhirnya bantuan yang diberikan akan tepat sasaran dan bermanfaat bagi konseli yang bermasalah tesebut. Adapun data-data yang diperlukan tersebut adalah data tentang diri siswa yaitu data yang berhubungan dengan diri siswa sendiri maupun lingkungan tempat tinggalnya.
Konseli harus terbuka kebada konselor untuk menceritakan permasalahan yang dihadapinya. Agar permasalahan yang dihadapinya cepat terselesaikan. Dan konselor harus menerima data dan informasi secara lengkap, agar mudah memecahkan permasalahan yang dihadapi klien.  Dan konselor dituntut bisa merahasiakan permasalahan klien, agar klien tersebut mempercayai konselor. Meskipun data ini merupakan sesuatu yang  bersifat rahasia bagi konseli, namun tentunya tidak akan menimbulkan dampak negatif dan merugikan konseli. Sebaliknya konseli justru memperoleh sesuatu yang bersifat positif dan men guntungkan bagi dirinya dalam memecahkan masalah- masalah yang dihadapinya.
Untuk melaksanakan suatu program layanan bimbingan dan konseling, maka setiap guru pembimbing / konselor harus memperhatikan dan menjelaskan asas- asa yang ada dalam bimbingan konseling, itu merupakan kode etik yang harus diketahui dan berpegang teguh pada asas itu dan asas yang dimaksud yaitu asas kerahasiaan. Oleh sebab itu hasil dari laporan studi kasus ini yang mengetahui semua data - data tentang siswa memang secara sengaja tidak dicantumkan dengan jelas data siswa tersebut. Hal ini bermaksud untuk menjamin kerahasiaan masalah yang dialami oleh&nbs p;siswa tersebut.
Berkaitan dengan data siswa yang terkumpul maka konselor bertanggung jawab untuk menjaga kerahasiaanya. Data yang bersifat rahasia tidak perlu diketahui oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan dengan layanan bimbingan konseli. Sehubungan dengan sifat kerahasiaan yang harus dijaga, yang telah disebutkan dalam kode etik konselor, maka nama dan identitas lain yang berhubungan dengan konseli  dibuat  fiktif dengan tujuan agar klien tidak merasa malu atau dirugikan akibat diketahui oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan.
Informasi dan data - data mengenai konseli dalam proses pemberian bantuan juga dirahasiakan dan apabila dalam penyajian dari studi kasus ini terdapat kesamaan dengan identitas atau masalah dengan orang lain hal itu hanya secara kebetulan saja. Segala data atau informasi yang menyangkutpribadi konseli akan dijamin kerahasiaannya dalam hal ini laporan studi kasus ini hanya akan diberikan kepada yang berwenang saja atau pihak yang berwenang dalam laporan studi kasus ini.


BAB II
IDENTIFIKASI KASUS
1) Proses Menemukan Konseli
Pada waktu saya melakukan studi kasus, dimana teridentifikasi siswi yang bernama (E), ia siswi SMAN 1 PONOROGO. Saya menemukan konseli tersebut waktu observasi dirumahnya. Dalam mengidentifikasi (E) saya menggunakan berbagai teknik seperti wawancara, observasi, angket, dan DCM. Saya menggunakan teknik itu agar mempermudahkan saya untuk menemukan gejala-gejala permasalahan yang dihadapi konseli.
 Pada waktu saya melakukan kunjungan rumah dan observasi dirumah konseli, saya mengamati konseli tersebut sedang mengalami permasalahan dengan ayahnya. Waktu meminta uang saku tidak dikasih. Kemungkinan besar ayahnya tidak mempunyai uang. Akhirnya saya ambil keputusan (E) saya jadikan sebagai nara sumber. (E) bersedia bekerja sama dengan saya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dan saya membantu mencari penyebab permasalahan (E) menggunakan metode studi kasus. Dalam penyusunan studi kasus, identifikasi siswa yang berkasus merupakan tahap awal yang harus dilalui didalam proses penyusunan studi kasus. Dan Konselor mengamati konseli yang mengalami permasalahan pada dirinya dengan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Saya temukan ada beberapa masalah yang dihadapi konseli dengan ayahnya, dan disekolah waktu diterangkan guru pelajaran bahasa inggris ia menganggap kesulitan dengan pelajaran itu.
Permasalahan konseli seperti itu harus segera ditangani, jika tidak ditangani akan selalu terhambat dalam belajar. Konselor segera memberi tahu permasalah konseli agar konseli memahami masalahnya, dan konseli bisa menyelesaikan masalahnya dengan sendiri. Konseli harus menyukai pelajaran bahasa inggris agar bisa memahami arti-arti dalam bahasa inggris. Dan dengan cara mengikuti les yang diadakan disekolah atau les diluar sekolah. Agar konseli tersebut mendapatkan wawasan yang lebih banyak lagi. Jika dia menyukai bahasa itu maka dia tidak akan kesulitan dalam belajar. D an ketika guru menerangkan dia akan segera menangkap apa maksud dari yang diterangkan oleh guru tersebut. Sehingga proses belajar konseli akan berkembang secara secara optimal.


2) Identitas Konseli
1. Nama Lengkap                                                  : EZ
2. Nama Panggilan                                                : E
3. Tempat Tanggal Lahir /Umur                : Ponorogo, 19 April 1997 / 15
4. Jenis Kelamin                                        : Perempuan
5. Agama                                                                           : Islam
6. Jumlah Dalam Keluarga                        : 2 (Dua)
7. Anak ke                                                             : 1 (Satu)
8. Status Keluarga                                                 : AK
9. Hobi                                                                  : Menyanyi
10. Cita- cita                                                         : Dosen
11. Suku                                                                            : Jawa
12. Bahasa                                                             : Indonesia
13. Warga negara                                                  : Indonesia
14. Alamat                                                             : Ds.Maguwan,Sambit,Ponorogo
15. Telpon                                                                         : 081914861249
16. TK Masuk Tahun                                : 2002
17. TK Lulus Tahun                                              : 2003
18. SD Masuk Tahun                                : 2003
19. SD Lulus Tahun                                              : 2009
20. SMP Masuk Tahun                              : 2009
21. SMP Lulus Tahun                                : 2012
22. SMA Masuk Tahun                             : 2012
23.  Sekarang Kelas                                  : 1, SMA 1 PONOROGO
24. Sekolah Asal                                                   : TK Dharma Wanita Sambit
25. Alamat                                                             : Maguan, Sambit, Ponorogo
26. Sekolah Asal                                                   : SDN 2 MAGUWAN SAMBIT
27. Alamat                                                             : Maguwan,Sambit,Ponorogo
28. Sekolah Asal                                                   : SMPN 1 SAMBIT
29. Alamat                                                             : Sambit,Ponorogo
30. Keterangan tempat tinggal
a. Tinggal dengan                                : Keluarga (ayah dan adik)
b. Ke sekolah dengan                          : Motor
c. Jarak rumah ke sekolah                   : 8 km
31. Keterangan kesehatan
a. Penglihatan                                                  : Normal
b. Pendengaran                                               : Normal
c. Penciuman                                                   : Normal
d. Potensi Jasmani                               : Normal
e. Penyakit yang pernah diderita :   Penyakit  ringan (flu,batuk,cacar air, demam, pusing dan sariawan)
32. Ciri Fisik
a. Warna kulit                                                  : Sawo matang
b. Postur tubuh                                                : ideal, kurus tinggi
c. Bentuk rambut                                : Ikal
d. Berat badan                                                : 45 kg
e. Tinggi badan                                    : 155 cm
f. Bentuk Muka                                   : bulat
33. Keterangan lainnya   
a. Penampilan    
Ekspresi wajah                                                : Ramah
Kerapian                                                          : Baik
Suara                                                               :Sedang
Sikap                                                               : Sopan
b. Presentasi kehadiran                       : Baik, tidak pernah membolos.
c. Tipe pergaulan                                 : Baik, mudah bergaul
d. Kegiatan diluar sekolah                  : Membantu orang tua
e. Kehidupan Belajar dirumah
Fasilitas belajar dan pendukung
1. Buku Paket                               : Kurang Lengkap
2. Buku Catatan                            : Baik dan Lengkap
3. Ruang belajar                            : Kurang mendukung
4. Bimbingan   
a. Dari ayah                             : Kurang
b. Dari ibu                               : Kurang
Identitas  (Ayah)
1. Nama Ayah                                           : Ismanto                                
2. Pendidikan Terakhir                              : SMA                      
3. Agama                                                               : Islam
4. Pekerjaan                                                           : Wirasuwasta
5. Umur Ayah                                                        : 42
6. Suku                                                                  : Jawa
7. Kewarganegaraan                                 : Indonesia
8. Penghasilan Ayah Per Bulan                 : ± Rp. 300.000,-
9. Alamat                                                                           :  Maguwan,Sambit,Ponorogo                                
Identitas (Ibu)
1.  Nama Ibu                                             : Siti Khodtijah                           
2. Pendidikan Terakhir                              : SD                       
3. Agama                                                               : Islam
4. Pekerjaan                                                           : TKW di Hongkong
5. Umur Ibu                                                          : 37
6. Suku                                                                  : Jawa
7. Kewarganegaraan                                 : Indonesia
8. Penghasilan Ibu Per Bulan                    : ± Rp. 2.000.000,-
9. Alamat                                                                           : Maguwan,Sambit,Ponorogo

Ø Latar Belakang Keluarga
Berdasarkan wawancara dari (E), (E) adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya bekerja wirasuwasta. Ibunya sebagai TKW  di Hongkong. (E) dan keluarganya tinggal dilingkungan desa Maguwan Sambit Ponorogo. Rumahnya tergolong sederhana. Di dalam lingkungan desa tersebut (E) tidak mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga hubungan bertetangganya pun cukup baik dan akrab.
Disisi lain sikap (E) terhadap orang tua sangat patuh, tidak pernah membantah orang tua. Dalam hubungan Keluarganya (E) kurang mendapat perhatian. Tapi (E) sejak kecil mandiri dalam mengerjakan pekerjaan rumahnya.Karena sejak kecil sering ditinggal pergi sama ibunya untuk mencari uang diluar negeri untuk dipergunakan keperluan sekolah (E) dan adiknya. Dan ayahnya sering bergadang di luar pulang- pulang jam 11 malam. Jadi si (E) kurang berinteraksi dengan kedua orang tuanya.
Ø Lingkungan Hidup ( Social Ekonomi)
(E) adalah seorang anak yang dilahirkan dari latar belakang ekonomi keluarga yang cukup. Keadaan dirumah (E) sederhana, (E) adalah anak yang cukup beruntung. Meskipun pekerjaan orang tuanya seperti itu, tapi keadaan rumah tangga orang tuanya harmonis. Dan hasil kerja keras kedua orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tercukupi semua. Karena ibunya kerja TKW di hongkong bertahun-tahun sejak si (E) kecil. Tetapi ibunya tersebut juga pulang cuti untuk memberi kasih sayang kepada kedua anaknya, meskipun Cuma sebentar dirumah. Tapi anaknya merasakan ada nya kasih sayang kedua orang tua.
Ø Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Dari kehidupan si (E) dengan serba cukup. (E) dalam pertumbuhan dan perkembangannya cepat berkembang, bahkan tidak kalah dengan teman-temannya. (E) juga dalam segi fisik sangat sehat, dan wajahnya tampak selalu ceria. Dengan adanya perhatian oleh budhenya (E) selalu mendapatkan makanan yang bergizi. Bahkan berat badan (E) cukup ideal yaitu 42, tinggi badan 155. Rambut ikal, ciri-ciri jasmani kurus, tinggi.



Ø Riwayat Kesehatan

Meskipun (E) kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya, (E) tidak pernah mempunyai hambatan-hambatan yang serius pada kesehatannya. Dengan adanya bantuan makanan dan perhatian dari budhenya (E), (E) tidak pernah menderita penyakit-penyakit yang berat. Meskipun sakit ia sakit ringan, seperti flu, batuk, cacar air, demam, pusing dan sariawan. Penyakit yang diderita (E) ini mudah untuk disembuhkan. Dibawa di puskesmas saja diberi obat akan cepat sembuh.

Ø Testing dalam berbagai bidang

Sampai saat ini (E) belum pernah tes akademik yang berkaitan dengan bakat dan minatnya. Soalnya sekolah belum memberikan pemahaman tentang tes tersebut. (E) disekolah mengikuti banyak ekstra kulikuler yaitu seperti pramuka, pasus dan pala. (E) lebih suka mengadu fisiknya dalam mengikuti ekstra pala, karena banyak wawasan dan pengalaman yang ia miliki.

Ø Riwayat Pendidikan Sekolah

(E) lahir tanggal 19 April 1997, ia sekolah TK pada tahun 2002 di TK Dharma Wanita. Lalu (E) melanjutkan sekolah SD di SDN 2 Maguwan, dan melanjutkan sekolah SMP pada tahun 2009 di SMPN 1 Sambit, melanjutkan sekolah SMA pada tahun 2012 di SMAN 1 Ponorogo sampai sekarang. Ia sekarang berada di kelas 1 SMA. (E) selalu rutin masuk sekolah,dan (E) mematuhi peraturan yang ada disekolah. Dia dalam mengikuti pelajaran (E) cepat menangkap pelajaran yang diterangkan. (E) lebih  suka pelajaran yang rumus-rumus seperti matematik dan fisika. Meskipun ia disekolah banyak mengikuti ekstra  kulikuler, ia dalam mengikuti pelajaran tidak memiliki suatu hambatan. Disekolah (E) selalu mendapatkan juara meskipun juara 10 besar. Jadi ia tidak kalah dengan teman-teman lainnya.



Ø Pola Kesusilaan dan Keyakinan Hidup

Ketika (E) dilahirkan , ia sudah diberi pelajaran agama islam. Agama islam sangatlah dibutuhkan (E). Setiap hari (E) kemushola sholat magrib dan mengaji. Meskipun (E) kurang mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya, ia sangatlah mandiri tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktu. Meskipun dalam keadaan sibuk dia selalu menyempatkan sholat. Sholat dipandang sangatlah penting bagi ia, karena selesai sholat fikiran menjadi tenang . Dan ia selalu memenuhi perintah yang diberikan oleh Allah SWT.

Ø Riwayat Pelanggaran Hidup

Dengan adanya keluarga yang cukup sederhana, kurang adanya perhatian, dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ia pernah mencuri uang ayahnya, karena dimintai uang saku tidak dikasih. Akhirnya terpaksa dia diam-diam mencuri uang ayahnya waktu ayahnya tidak ada. Perbuatan ini tidak boleh ditiru. Dan perbuatan ini jangan diulangi lagi.














Ø Pergaulan dengan teman-teman

Dari hasil observasi dan wawancara (E) adalah anak yang mudah bergaul dengan teman-teman yang baru ia kenal. Juga mudah berinteraksi dengan lingkungan barunya. (E) adalah anak yang pandai dalam mencapai ilmu. Tetapi dengan adanya teman-temannya yang sekarang sekarang sudah mengetahui internet, facebookan, HP, dll itu akan menjerumuskan (E). (E) mengikuti jejak teman-temannya, dia sekarang jarang belajar, bermain terus. Jika internetan, facebookan, dan Hp disalah gunakan maka akan merusak dirinya sendiri.
Akhirnya budhe dan ayahnya (E) memberi pengarahan agar ia merubah sikapnya, dan harus mengurangi tingkah laku yang ia lakukan sekarang. Karena ia masih masa-masa sekolah harus sungguh-sungguh belajar. Biar dia tidak menyesal dikemudian harinya. Karena masa depan yang cerah bisa diambil lebih awal jika belajar sungguh-sungguh.soalnya kedua orang tuanya mencari uang dengan susah payah untuk keperluan dia sekolah. Agar ia menjadi orang yang sukses. Akhirnya (E) bangkit lagi belajar sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-citanya.

3) Identifikasi Permasalahan Konseli Berdasarkan Instrumen
ü Berdasarkan Wawancara konseli tersebut teridentifikasi permasalahan, konseli mempunyai kebiasaan - kebisaan sebagai berikut:
· Kebiasaan konseli dirumah
1. (E) Anak Mandiri
2. (E) Suka membantu orang tuanya
3. (E) suka mengerjakan pekerjaan rumah
4. (E) suka mengajari adiknya belajar
5. (E) suka menonton TV
6. (E) suka mendengarkan musik
7. (E) tidak pernah membantah perintah dari orang tuanya
8. Dalam proses belajar dirumah (E) kurang adanya bimbingan dari orang tua


· Kebiasaan Konseli disekolah
1. (E) anak yang rajin
2. (E) tidak pernah membolos
3. (E) selalu mematuhi aturan yang ada disekolah
4. (E) selalu mengerjakan PR
5. (E) kesulitan dalam  pelajaran bahasa inggris
6. (E) pernah berantem sama temannya
7. (E) pernah mencontek hasil ulangan bahasa inggris temannya
8. (E) mengikuti banyak ekstra kulikuler di sekolahan
9. (E) mudah bergaul dengan teman barunya
· Kebiasaan konseli Dimasyarakat
1. (E) mudah berinteraksi dengan masyarakat
2. (E) suka menolong tetangganya
3. (E) mengikuti kegiatan karang taruna dimasyarakat
4. (E) suka merumpi (membicarakan orang lain)
5. (E) dalam bertetangga hubungannya sangat akrab
6. (E) mudah bersosialisasi
7. (E) mudah bergaul dengan masyarakat
ü Berdasarkan Observasi konseli tersebut teridentifikasi permasalahan  sebagai berikut:
1. Keadaan rumah sederhana
2. Fasilitas rumah cukup memadai
3. Fasilitas ruang belajar kurang memadai
4. Buku-buku penunjang kurang
ü Bedasarkan dari jawaban Angket konseli tersebut teridentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Konseli sering mengalami permasalahan dengan ayahnya
2. Jika mempunyai masalah dengan keluarganya akan mengganggu proses belajar disekolah
3. Jika temannya berisik pada waktu proses belajar konseli tidak bisa konsentrasi
4. Permasalahan yang ada dirumah mempengaruhi prestasi belajar siswa
5.  (E) berkeinginan selalu mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya dan mendapatkan pengawasan dari orang tuanya.
6. (E) mudah marah
ü Berdasarkan Daftar Cek Masalah konseli tersebut teridentifikasi permasalahan, konseli mempunyai kebiasaan - kebisaan sebagai berikut:
· Kebiasaan konseli dirumah sebesar 30% masalah yang muncul yaitu:
1. (E) dirumah kurang mendapatkan perhatian
2. (E) dirumah suka bertengkar dengan adiknya.
3. (E) suka menonton tv dari pada belajar.
4. (E) lebih suka membaca buku-buku hiburan dari pada buku pelajaran.
5. Sering membaca majalah dari pada buku pelajaran
6. Setiap ada film baru selalu menonton
· Kebiasaan Konseli Disekolah sebesar 10,5% masalah yang muncul yaitu:
1. (E) sukar menyesuaikan diri dengan suasana dikelas.
2. Pada waktu pelajaran berlangsung (E) sering kurang konsentrasi.
3. Pelajaran yang disukai tergantung pribadi gurunya.
4. Dalam keadaan mempelajari pelajaran ia tidak suka menghafal baik dirumah atau disekolah.
5. (E) tidak menyukai teman yang selalu menjagakan jika ada PR.
6. Sering kurang konsentrasi di sekolahan
· Kebiasaan di Masayarakat sebesar 17% masalah yang muncul yaitu:
1. Mudah merasa malu
2. Bingung bila berhadapan dengan orang banyak
3. Tidak suka mengunjungi teman lawan jenis
4. Tidak suka bila teman lawan jenis main kerumah
5. Mempunyai kebiasaan jelek

4) Analisa dan Diagnosa Masalah Konseli
 Analisa adalah langkah untuk mengumpulkan informasi tentang diri anak beserta latar belakangnya. Hal itu bertujuan untuk memperoleh pemahaman tentang diri anak dalam berhubungan dengan syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh penyesuaian diri baik untuk masa sekarang maupun masa mendatang. Untuk mendapatkan data yang sebanyak-banyaknya dan dapat bertanggungjawab, maka konselor menggunakan bermacam-macam metode antara lain angket, observasi, wawancara, dll. Maka Konselor akan cepat mendapatkan informasi dan data- data dari konseli tersebut.
 Diagnosa adalah kegiatan yang diambil untuk menentukan letak masalah, jenis masalah serta penyebab-penyebab masalah yang sedang dihadapi siswa. Setelah saya mendapatkan berbagai informasi dari konseli, konseli teridentifikasi menghadapi kesulitan pada pelajaran bahasa inggris.  Maka dari itu saya bertindak segera membantu konseli agar bisa merubah cara belajarnya, dengan mengikuti les bahasa inggris di sekolahan atau diluar sekolah. Agar koseli tersebut bisa mendapatkan wawasan yang lebih luas. Dan bisa memahami arti-arti dalam bahasa inggris. Sehingga konseli akan mudah m enerima materi yang diterangkan oleh guru. Dan mengerjakan  ujian bahasa inggris akan lancar menjawab,dan mendapatkan nilai yang optimal sesuai yang diharapkan.
           
Masalah Konseli Dilihat Dari  4 Bidang Antara Lain:
1. Bidang Pribadi
(E) dalam keluarga mempunyai masalah dengan ayahnya. (E) pada waktu berangkat sekolah meminta uang saku ayahnya tidak dikasih. Terpaksa (E) diam-diam mencuri uang ayahnya. Sampai sekarang ayahnya pun tidak tahu dengan perbuatan (E) itu.
Ini dikarenakan kurangnya perhatian dari kedua orang tuanya. (E) ingin semua keinginannya tercapai. (E) mempunyai keinginan beli leptop, tetapi ayahnya belum punya uang. Jadi (E) disuruh sabar untuk beli leptop. Karena orang tuanya masih mengumpulkan uang.
Disisi lain (E) kesulitan dalam salah satu pelajaran yang ada disekolahan, yaitu pelajaran bahasa inggris. Karena (E) tidak memahami pelajaran tersebut. (E) berkeinginan meningkatkan prestasi ia sebaik mungkin, agar cita-cita yang dia harapkan tercapai. Maka dari itu (E) harus merubah tingkah lakunya, dan belajar lebih giat lagi agar menjadi anak yang berprestasi. Dan tidak akan kesulitan lagi dalam proses belajar.

2. bidang Sosial
(E) adalah anak yang mudah bergaul dengan teman-teman yang baru ia kenal. (E) mudah tersinggung jika dia di ejek sama temanya. Dan didalam masyarakat (E) tidak pernah mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga hubungan bertetangganyapuncukup baik dan akrab.Tetapi (E) mempunyai tingkah laku yang negatif, ia bersama teman-temannya merumpi (membicarakan orang lain) perbuatan seperti ini jangan diulangi lagi.

3. bidang Belajar
Pada waktu belajar (E) tidak suka belajar kelompok. Ia lebih suka belajar sendiri, karena bisa konsentrasi. Tetapi (E) berkesulitan waktu pelajaran bahasa inggris. Karena bahasa tersebut tidak dikuasai oleh (E). Dia pun waktu pelajaran bahasa inggris selesai diterangkan sama guru, (E) memilih diam dan tidak mau bertanya.

4. Bidang Karier
Sekarang ini (E) kebingungan pada pemilihan jurusan IPA/IPS. Karena (E) belum mengetahui bakat dan kemampuan yang tepat baginya. Karena jurusan yang ia pilih nanti akan membawa dia ke jenjang karier yang (E) cita-citakan.


5)Prognosis
Prognosis adalah suatu langkah untuk memprediksi kemungkinan- kemungkinan akibat siswa yang mempunyai permasalahan tidak segera mendapatkan bantuan. Kalau saya perhatikan, bantuan harus seksama berdasarkan hasil identifikasi kasus dan diagnosa yaitu menjadi penyebab permasalahan atau kasus yang dialami oleh siswa yang bermasalah.
Kemungkinan – kemungkinan permasalah yang menghambat (E) dalam kesulitan belajar bahasa inggris ialah:
1. Kurangnya buku-buku penunjang
2. Kurangnya fasilitas belajar
3. Tempat fasilitas belajar tidak nyaman
4. Konseli malas belajar
5. Kurangnya perhatian dari orang tuanya
6. Dan kurangnya bimbingan dari orang-orang terdekat

Akibat jika masalah (E) ini tidak segera diatasi maka kemungkinan yang akan terjadi pada diri
siswa yang bermasalah adalah sebagai berikut:

Ø Tidak dapat memusatkan perhatian untuk mempelajari materi-materi yang yang terkait dengan pelajaran bahasa inggris
Ø Konsentrasi belajarnya bahasa inggris tidak optimal
Ø Prestasi belajarnya akan menurun
Ø Dapat menyebabkan konseli tidak naik kelas
Ø Konseli akan dijauhi oleh teman-temannya
Ø Tidak dapat mencapai cita-citanya
Akan tetapi jika permasalahan (E) tersebut dapat segera diatasi maka yang akan terjadi adalah sebagai berikut:
Ø Dapat memusatkan perhatian untuk mempelajari materi-materi yang yang terkait dengan pelajaran bahasa inggris
Ø Konsentrasi belajar bahasa inggris konseli akan optimal
Ø Prestasi belajar konseli akan naik
Ø Konseli akan naik kelas
Ø Konseli tidak akan dijauhi oleh teman-temannya
Ø Cita-cita konseli akan tercapai

Alternatif Pemecahan Masalah

Klien diberi dorongan dan motivasi agar dapat memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif. Setiap orang tidak lepas dari suatu permasalahan, bahwa dengan kita selalu berusaha masalah akan dapat dihadapi dengan baik. Dengan adanya konseling pada  klien bertujuan untuk menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang&nbs p;merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah dan lain sebagainya.
Untuk mendorong klien agar percaya diri dalam menghadapi permasalahannya sendiri, ia harus  dapat berbicara terbuka dan selalu berusaha komunikasi untuk mengeluarkan perasaannya dengan jujur, jika tidak bagaimana orang lain dapat mengetahui permasalahan yang dialaminya. Keterbukaan ini harus sering dibiasakan dalam komunikasi antara klien, adik dan orang tua maupun keluarga yang lain. Meluangkan waktu dalam berbicara secara terbuka dari hati ke hati secara rutin, maka klien menjadi lebih percaya kepada orang-orang didekatnya dalam mengutarakan perasaannya, permasalahan dan keinginan yang dimilikinya. Dengan adanya kejujuran dan keterbukaan antara klien dan orang yang dihadapinya maka dapat tercipta hubungan yang harmonis dalam lingkungan keluarga.
Disisi lain konselor memberikan pemahaman kepada orang tua konseli, agar konseli segera diberikan bimbingan dirumah seperti les privat, supaya konseli tidak merasakan kesulitan dalam belajar.
















BAB III
PROSEDUR PEMBERIAN BANTUAN

Berdasarkan hasil dari diagnosa masalah konseli terhadap kesulitan dalam pelajaran bahasa inggris disebabkan prestasi belajar menurun. Maka akan di uraikan kemungkinan – kemungkinan pemberian bantuan sebagai berikut:
Ø Membantu konseli dengan menggunakan konseling individual
Konselor membantu konseli untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi konseli. Konseli harus mandiri dalam menyelesaikan masalahnya. Dan konseli harus bisa menyelesaikan masalahnya dengan sendirinya.
Dalam hal ini konseli harus merubah tingkah lakunya, dan tidak akan mengulangi perbuatan itu. Dan konseli diberi pemahaman yang luas tentang permasalahannya. Maka dari itu konseli memahami permasalahannya, sehingga konseli bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Akhirnya konseli akan mudah belajar dengan optimal. Dan harapan-harapan yang dicita - citakan tercapai.
Dalam proses konseling ini konselor membantu konseli dalam menyelesaikan masalah- masalah yang menghambat proses belajar konseli dengan menggunakan pendekatan RET atau menggunakan pendekatan behafioristik.
· Pendekatan RET
Manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkah laku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif.

§ Tujuan Konseling
Menurut Willis (2010: 76) RET bertujuan memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandangan klien yang irasional menjadi rational, sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi yang optimal.
Melengkapi pernyataan di atas Latipun (2010: 79) mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu maka perlu pemahaman klien tentang sistem keyakinan atau cara berfikirnya sendiri. Ada tiga tingkatan insight dalam RET, yaitu:


1) Pemahaman (insight) di capai ketika klien memahami tentang perilaku penolakan diri yang dihubungkan pada penyebab sebalumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima, yang lalu dan saat ini.
2) Pemahan terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa yang mengganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus di pelajari dan di perolah sebelumnya.
3) Pemahaman di capai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hambatan irasional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan irasional.
Dengan membantu masalah yang dihadapi (E) ini menggunakan teknik pendekatan RET untuk mengubah tingkah laku konseli dan merubah pemikiran irasional menjadi rasional. Disini (E) pulang sekolah langsung main dirumah temannya. Dia menggunakan waktu luangnya untuk  hal-hal yang tidak berguna, malah merugikan bagi dirinya.
Konselor harus segera membantu (E) untuk bisa merubah berfikir rasional.sehingga (E) tidak menyalah gunakan waktu luangnya.
Indikator keyakinan irasional :
(a) manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan; (b) banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum; (c) kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya; (d) lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk mengahadapi dan menanganinya; (e) pender itaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut; (f) pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang; (g) untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural; dan (h) nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan&n bsp;tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
§ Tahapan Konseling
George dan Cristiani (dalam Latipun, 2010: 80) mengemukakan tahap-tahap konseling RET adalah sebagai berikut:
1. Proses untuk menunjukkan kepada kline bahwa dirinya tidak logis, membantu mereka memahami bagaimana dan mengapa menjadi demikian, dan menunjukkan hubungan gangguan  yang irasional itu tidak dengan kebahagiaan dan gangguan emosional yang di alami.
2. Membantu klien meyakini bahwa berfikir dapat ditentang dan diubah. Kesediaan klien untuk di eksplorasi secara logis terhadap gagasan yang dialami oleh klien dan konselor mengarahkan pada klien untuk melakukan disputing terhadap keyakinan klien yang irasional
3. Membantu klien lebih mendebatkan (disputing) gangguan yang tidak tepat atau tidak rasional yang dipertahankan selama ini menuju berfikir yang lebh rasional dengan cara reinduktrinasi yang rational termasuk bersikap secara rataional.
§ Deskripsi Proses Konseling
Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien.
Tugas konselor menunjukkan bahwa
· masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak rasional
· usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan.
Operasionalisasi tugas konselor : (a) lebih edukatif-direktif kepada klien, dengan cara banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap awal mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung; (b) menggunakan pendekatan yang dapat memberi semangat dan memperbaiki cara berpikir klien, kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri dengan gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa ide irrasional itulah yang menyebabkan hambatan emosional pada klien; (c) mendorong klien menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya; (d) menggunakan pendekatan didaktif dan fi losofis menggunakan humor dan menekan sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional.
§ Evaluasi Treatment

Peneliti melakukan kontrak kasus dengan klien dan melakukan keakraban. Hubungan konselor klien sederajat / sejajar, yaitu membantu klien menemukan kondisi masa lalu yang tidak menguntungkan, membantu klien agar terampil melaksanakan hubungan antar pribadi dengan menggunakan status ego yang tepat , membantu klien menemukan apa yang diperlukan,  membantu klien mendapat kesadaran yang realistis dan menemukan alternatif hidup yang otonomi dan bertanggung jawab masing – masing dalam upaya mencapai kesejahteraan klien sebagaimana tertera dalam kontrak
Konselor melakukan pendekatan secara bertahap, untuk menerapi klien dengan metode Rasionol Emotif Terapi (RET). Setelah perlakuan dikenakan ada sedikit demi sedikit perubahan sikap yang ditunjukkan oleh klien. Klien menjadi berubah sikapnya klien lebih bisa sedikit terbuka dan berpikir yang rasional. Selain itu klien juga sudah mampu memahami bahwa perbuatannya selama ini tidak baik dan berjanji untuk merubahnya karena apabila tetap dilakukan akan berdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain.

§ Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :
1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
3. Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.

· Pendekatan Behavioristik
Tujuan-tujuan konseling menduduki suatu tempat yang amat penting dalam terapi tingkahlaku. Pada konseling behavior konseli yang memutuskan tujuan-tujuan terapi yang secara spesifik ditentukan pada permulaan proses terapeutik. Menurut Corey (2003: 202)  menyatakan bahwa tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya adalah segenap tingkahlaku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkahlaku yang maladatif.
Secara umum tujuan konseling perilaku adalah antara lain :
a.    Menciptakan kondisi baru pembelajar.
b.   Menghapus tingkah laku maladaptif untuk digantikan perilaku yang adaptif.
c.    Meningkatkan personality choice.
Karakteristik konseling behavioral adalah : (a) berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik, (b) memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling, (c) mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien, dan (d) penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.
Maka dari itu konselor segera bertindak langsung menggunakan teknik pendekatan behavioristik ini untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi (E). Dan segera membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi (E). Sehingga masalah yang dihadapi (E) segera terselesaikan. Dan konselor memberikan pemahaman terhadap (E) agar bisa memahami masalah yang dihadapinya. Dan (E) harus bisa merubah tingkah lakunya, dan tidak akan mengulangi permasalahan yang sama.
Menurut Corey (2003: 208) konseli harus secara aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan-tujuan, harus memiliki motivasi untuk berubah dan bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan terapeutik, baik selama pertemuan-pertemuan terapi maupun di luar terapi, dalam situasi-situasi kehidupan nyata. jika konseli tidak secara tidak aktif terlibat dalam proses terapeutik, maka terapi tidak akan membawa hasil-hasil yang memuaskan.
Disini konselor membantu (E) untuk merubah tingkah lakunya secara berlahan-lahan, agar (E) paham dengan masalah yang dihadapinya. Supaya (E) bisa bertingkah laku yang baik pada waktu disekolahan seperti mendengarkan guru pada waktu proses belajar. Agar konseli tersebut tidak kesulitan dalam mempelajari bahasa inggris. Jadi bantuan yang diberikan konseli ini  benar-benar digunakan konseli untuk segera merubah tingkah lakunya. Agar bisa belajar dengan optimal.
v  Deskripsi Proses Konseling
Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut.
Konselor aktif :
1. Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya atau tidak
2. Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling
3. Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
v Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral
· Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.
· Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan.
· Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan.
· Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung).
· Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan sistem kontrak. Penguatannya dapat berbentuk ganjaran yang berbentuk materi maupun keuntungan sosial.
v Teknik-teknik Konseling Behavioral
1. Latihan Asertif
Teknik ini dugunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
2. Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakikatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya  merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
3. Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
4. Pembentukan Tingkah laku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.






Ø Treatment
Tahap ini merupakan tahap pengembangan strategi pemecahan maslah dalam konseling. Guru membantu anak menemukan sumber-sumber pada diri anak. Sumber-sumber lembaga dan masyarakat guna membantu anak mencapai penyesuaian yang optimal. Melalui tahap ini guru memberikan alternatif pemecahan masalah dengan tetap mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari setiap alternatif yang mungkin dapat dilakukan.
Ø Membantu konseli menggunakan layanan bimbingan
  Layanan bimbingan siswa sangat penting bagi semua personal yang terkait baik itu kepala sekolah, guru wali kelas, guru mata pelajaran, yang bersang kutan, orang tua, maupun guru praktikan . Adapun kegunaan layanan bimbingan siswa ini adalah sebagai berikut:
1) Kepala Sekolah
Sebagai informasi atau masukkan, sehingga dapat memberikan pembinaan dan mengkoordinasikan atau kerjasama dengan pihak yang dapat memberikan pemecahan masalah konseli, serta mengurangi kendala yang ada.
2) Guru Wali Kelas
Wali kelas sebagai tanggung jawab terhadap proses belajar mengajar yang terjadi dikelas maka dengan adanya layanan bimbingan siswa ini dapat dinyatakan referensi memperoleh informasi perkembangan anak dan dapat berpartisipasi dalam pemecahan masalah yang dihadapi siswa, sehingga dapat membina dan mengarahkannya.
3) Guru Mata pelajaran
Pelaksanaan layanan bimbingan siswa yang tepat dapat membantu mengatasi gangguan yang terjadi dalam proses belajar mengajar dikelas sehingga dapat membantu  mengarahkan pilihan pemecahan masalah yang dihadapi siswa dengan kemampuan siswa itu sendiri.
4) Siswa yang Bersangkutan
Dengan adanya layanan bimbingan siswa ini dapat membantu siswa menyelesaikan masalah yang dihadapi dan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.


5) Orang Tua / Wali Murid
Dengan adanya layanan bimbingan siswa ini dapat memberikan masukan dan peningkatan perhatian terhadap aspek pribadi siswa yang perlu dibenahi untuk membantu proses peningkatan demi masa depan konseli.
6) Praktikan
Dapat memperoleh pengalaman yang nyata dalam menghadapi siswa dengan beragam karakteristiknya, sehingga pada akhirnya dapat melatih ketrampilan dalam melakukan tugas layanan bimbingan siswa yang dihadapi oleh siswa. Hal itu dapat meningkatkan beban siswa, sehingga siswa tersebut dapat mewujutkan cita-cita.

























BAB IV
EVALUASI

1) Evaluasi Proses
Evaluasi proses bersifat komplementer. Peninjauan evaluasi terhadap proses dapat menemukan kelemahan-kelemahan tertentu yang menjadi faktor-faktor penyebab bahwa hasilnya kurang memuaskan. Dengan demikian, evaluasi proses akan sangat bermanfaat sebagai dasar bagi tindakan-tindakan korektif terhadap seluruh aktivitas bimbingan, sehingga produk yang dihasilkan akan lain atau dapat ditingkatkan.
Evaluasi proses adalah memusatkan perhatian kepada aspek-aspek kegiatan-kegiatan bimbingan yang mendahului tercapainya efek, termasuk tujuan-tujuan bimbingan.

1. Wawancara (interview)
Wanwancara adalah suatu teknik pengumpul data dengan cara mengadakan komunikasi langsung dengan nara sumber data. Komunikasi dapat dilakukan dengan dialog (tanya- jawab) secara lesan, baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara langsung artinya data yang akan dikumpulkan langsung diperoleh dari individu yang bersangkutan. Misalnya wawancara dengan siswa untuk memperoleh keterangan mengenai dirinya. Wawancara tidaak langsung yaitu apabila wawancara dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan mengenai orang lain. Misalnya wawancara dengan konselor untuk memperoleh keterangan dari& nbsp;konseli. Wawancara dapat bersifat isidental, yaitu apabila dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu. Dan dapat bersifat berencana, yaitu apabila dilaksanakan secara berencana pada waktu-waktu yang telah ditetapkan.
Beberapa keuntungan menggunakan teknik wawancara sebagai alat pengumpul data adalah sebagai berikut:
a. Wawancara merupakan teknik yang tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi
b. Dapat dilaksanakan kepada setiap individu, segala usia
c. Tidak dibatasi oleh kemampuan membaca atau menulis pada diri individu
d. Dapat diadakan serempak, sambil observasi dan memberikan bimbingan
e. Mempunyai kemungkinan masuknya data yang lebih banyak dan lebih tepat
f. Dapat menjalin hubungan pribadi yang lebih akrab
g. Wawancara dapat memberikan penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas
h. Kerahasiaan pribadi lebih terjamin
2. Observasi
Pengertian observasi adalah suatu teknik untuk mengamati secara langsung atau tak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik di sekolah dan diluar sekolah. Observasi merupakan salah satu teknik yang sederhana dan tidak memerlukan keahlian khusus. Observasi dapat dilakukan secara berencana maupun secara insidental. Dilihat dari hubungan antara observer dengan observant (individu yang diobservasi), dapat dibedakan antara observasi partisipatif dan observasi non partisipatif. Dalam observasi partisipatif, observer turut serta dalam kegiatan atau situasi yang dilakukan  ;observant. Misalnya jika konselor ingin mengobservasi tingkah laku konseli pada waktu melakukan kebiasaan dirumah, maka konselor sendiri turut serta dalam kegiatannya. Dengan cara ini dapat diperoleh data yang lebih baik karena konseli tidak merasa sedang dirinya diamati. Sedangkan dalam observasi non partisipatif, observasi tidak mengambil bagian atau turut serta dalam kegiatan-kegiatan yang sedang diobservasi. Disini observer berdiri semata-mata sebagai pengamat.

3. Angket
Angket merupakan teknik pengumpul data yang dilakukan dengan sumber data. Jika wawancara dilakukan dengan komunikasi secara lisan maka dalam angket, komuikasi dilakukan secara tertulis. Data yang akan dikumpulkan dijabarkan dalam bentuk pertanyaan secara tertulis,dan responden memberikan jawaban secara tertulis pula. Seperti halnya dalam wawancara, angket pun dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Angket bersifat langsung bila angket diberikan kepada responden untuk meminta keterangan mengenai dirinya sendiri. Angket tak langsung bila angket diberikan kepada responden untuk me minta keterangan mengenai orang lain. Misal: angket diberikan kepada konseli untuk memperoleh keterangan mengenai permasalahan atau kebiasaan hidupnya sehari-hari. Dalam hal tertentu angket memiliki keuntungan yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan wawancara.
4. Daftar cek masalah
Dalam bentuk daftar cek, semua aspek yang akan diobservasi dijabarkan dalam suatu daftar. Pada waktu observasi, observer tinggal memberi tanda cek terhadap ada atau tidaknya aspek-aspek yang diobservasi pada observant, atas dasar aspek-aspek yang sudah disiapkan. Bentuk daftar cek ini ada yang bersifat individual dan ada yang bersifat kelompok. Daftar cek individual digunakan untuk mencatat hasil observasi pada seorang individual, sedangkan daftar cek kelompok digunakan untuk mencatat kegiatan individu dalam suatu kelompok.

2) Evaluasi Hasil
Evaluasi atau penilaian diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh setelah orang-orang muda berpatisipasi secara aktif dalam beberapa kegiatan bimbingan dan melalui peninjauan terhadap kegiatan-kegiatan itu sendiri dalam berbagai aspeknya. Peninjauan evaluatif yang pertama memusatkan perhatian kepada afek-afek yang dihasilkan, sesuai dengan tujuan-tujuan bimbingan.

Ø Berdasarkan hasil wawancara
   Setelah pengisian angket maka diadakan wawancara kepada klien yang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data dari siswa. Dari hasil wawancara diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Orang tua/wali murid kurang peduli
2. Jarang berkomunikasi dengan orang tua/wali murid
3. Kadang tidak dikasih uang saku
4. Ada teman di kelas yang kurang disukai
5. Bingung mencari jurusan sesuai kemampuan
6. Teman sebangkunya sebagai tempat curhatnya.
7. Kurang suka dengan salah satu guru karena guru tersebut mengadakan ulangan mendadak dan dianggap kurang memahami kondisi siswa.
8. Pernah mencontek hasil ulangan bahasa inggris teman
Ø Berdasarkan hasil angket
Dari hasil angket di dalam kelas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Konseli sering bingung ketika pelajaran bahasa inggris sedang berlangsung.
2. Konseli kurang bersemangat, sering merasa bosan pada waktu pelajaran bahasa inggris di kelas
3. Sering tidak bisa konsentrasi pada waktu pelajaran





Ø Berdasarkan hasil observasi
Dari hasil observasi di rumah dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Fasilitas belajar kurang
2. Fasilitas rumah sederhana
3. Buku-buku penunjang kurang memenuhi

Ø Berdasarkan DCM
Dari hasil DCM di rumah dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Mudah marah
2. Tidak suka sama teman jika menjagakan pada waktu ada PR
3. Mudah merasa malu
Maka dari itu kesimpulannya diatas adalah konselor harus melihat apakah ada perubahan pada diri siswa atau tidak. Setelah saya memonitor konseli tersebut, konseli tersebut sedikit demi sedikit sudah merubah tingkah lakunya. Ia sekarang mengikuti les bahasa inggris. Ia berkeinginan bisa memahami materi bahasa inggris, supaya paham jika diterangkan oleh guru.
3) Tindak Lanjut / Follow Up
Tindak lanjut (follow up) adalah usaha yang dilakukan oleh saya untuk mengetahui perkembangan konseli setelah selesai diberikan bantuan. Langkah instrumen penelitian ini merupakan langkah untuk menilai keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada konseli untuk mengikuti diri konseli, apakah bantuan yang diberikan kepada konseli memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Kegiatan ini memerlukan waktu yang cukup lama, karena itu peranan konselor, wali kelas, guru bidang studi, dan orang tua sangat diperlukan untuk menentukan perkembangan konseli dengan senantiasa memantau p erkembangan konseli yang bermasalah.






Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1. Melimpahkan masalah tersebut kepada wali kelas maupun kepada guru bidang studi yang bersangkutan agar selalu memonitor dan terus memberikan layanan kepada siswa kasus tersebut.
2. Memberikan motivasi kepada siswa kasus untuk selalu giat belajar sehingga prestasi belajar yang telah diraihnya dapat dipertahankan.
3. Menyarankan kepada orang tua atau wali siswa kasus agar senantiasa memberikan perhatian kepada putrinya, khususnya dalam belajar serta memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar dengan baik. Selain itu, orang tua juga perlu mendukung keinginan siswa yang berhubungan dengan cita-citanya.




















BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan antara lain:
1. Layanan studi kasus kesulitan belajar bidang studi adalah upaya mengenal, memahami dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya kesulitan belajar bidang studi, dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosis, memprognosis, dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah.
2. Langkah-langkah yang digunakan dalam layanan studi kasus kesulitan belajar terdiri dari: identifikasi, analisis data, sintesis, diagnosis, prognosis, pemberian bantuan/treatment, dan tindak lanjut/follow up.
3. Klien mengalami kesulitan belajar karena kurangnya minat dan motivasi untuk belajar, selain itu klien tidak mau bertanya apabila ada mata pelajaran yang kurang dimengerti. Klien sering malas belajar, dan kurang berkonsentrasi dalam pelajaran.
4. Bantuan yang diberikan kepada klien bertujuan untuk membantu menyelesaikan masalah belajar di sekolah, masalah kebiasaan belajar, masalah pergaulan sosial, dan masalah dengan keluarga.
5. Hasil yang diperoleh setelah diberi bantuan yaitu klien mulai memperhatikan penjelasan dari guru pada waktu pelajaran .

B. Saran
Dalam menyelesaikan suatu masalah, haruslah difikirkan dan direncanakan secara matang, langkah-langkah yang ditempuh harus dilakukan dengan sabar, tekun dan berkesinambungan.
a) Saran kepada Konseli
a. Jangan merasa rendah diri tetapi harus merasa yakin terhadap diri sendiri.
b. Menanamkan dalam diri tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan.
c. Mengubah pola belajar, sebaiknya belajar secara rutin setiap pulang sekolah dan malam harinya walau hanya sebentar.
b)      Saran kepada Orang Tua
a. Sebaiknya orang tua memberikan perhatian yang lebih kepada klien, terutama perkembangan belajar di rumah.
b. Hendaknya orang tua memberikan perhatian dengan porsi yang tepat tidak hanya kebutuhan fisik saja akan tetapi kebutuhan psikis. Misalnya menumbuhkan rasa percaya diri anak.
c. Hendaknya orang tua memperhatikan kebutuhan sosial anak.
c)      Saran kepada Guru
a. Sebaiknya guru memberikan perhatian yang lebih pada klien atas masalah yang dihadapi terutama sakit yang pernah diderita.
b. Guru harus lebih peka terhadap masalah belajar anak didiknya dan memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah.
c. Guru harus lebih sering bekerjasama dengan orang tua klien untuk mengetahui perkembangan belajar klien tersebut.